SEPUTAR KUDUS - Pada tahun 1917, koran Amerika The New York Herald Tribune, di kota Wina, Ibukota Austria, membuka lowongan kerja untuk posisi reporter. Tenaga lapangan itu dibutuhkan untuk meliput Perang Dunia I. RMP Sosrokartono ikut dalam rekruitmen tersebut.
Tugas yang diujikan dalam tes penerimaan, yakni menyingkat-padatkan sebuah berita dalam bahasa Perancis yang panjangnya satu kolom. Berita itu harus diringkas menjadi sekitar 30 kata, dan harus ditulis dalam 4 bahasa, yakni Bahsa Inggris, Spanyol, Rusia dan Perancis.
Sosrokartono, putra Bumiputra yang ikut melamar berhasil memeras berita itu menjadi 27 kata, sedangkan para pelamar lainnya lebih dari 30 kata. Persyaratan lainnya juga bisa dipenuhi oleh Sosrokartono, sehingga dirinya terpilih sebagai jurnalis perang pada surat kabar bergengsi di Amerika itu. Dia merupakan jurnalis asing pertama di The New York Herald Tribun. Di dalam buku "Memoir" yang ditulis Drs Muhammad Hatta, disebutkan, Sosrokartono mendapat gaji 1250 Dollar dari surat kabar Amerika.
Dalam buku "Memoir" juga ditulis jika Sosrokartono juga menguasai bahasa Basque, menjadi penterjemah pasukan Sekutu kala melewati daerah suku Basque. Suku Basque adalah salah satu suku yang hidup di Spanyol. Ketika Perang Dunia I menjelang akhir, diadakan perundingan perdamaian rahasia antara pihak yang bertikai.
Ketika banyak wartawan yang mencium adanya perundingan perdamaian rahasia, dan sibuk mencari informasi, koran Amerika The New York Herald Tribune ternyata telah berhasil memuat hasil perundingan rahasia tersebut. Jurnalis yang membuat berita itu hanya menggunakan anonim dengan kode pengenal Bintang Tiga. Kode tersebut di kalangan jurnalis Perang Dunia ke I saat itu mengenal kode tersebut, yang merupakan kode Sosrokartono. Konon tulisan itu menggemparkan Amerika dan juga Eropa.
Banyak kalangan saat itu mempertanyakan bagaimana Sosrokartono bisa mendapat hasil perundingan perdamaian yang amat dirahasiakan dan dijaga ketat itu. Apakah Sosrokartono menjadi penterjemah dalam perundingan rahasia tersebut. Jika dia menjadi penterjemah dalam perundingan rahasia itu, lalu bagaimana dirinya menyelundupkan beritanya keluar. Seandainya ia tidak menjadi penterjemah dalam perundingan perdamaian rahasia itu, sebagai jurnalis perang, bagaimana caranya Ia bisa mendapat hasil perundingan perdamaian rahasia tersebut.
Sayangnya, dari berbagai buku Biografi Sosrokartono tidak ada informasi mengenai hal itu. Namun tak dapat dimungkiri, berita tulisan Sosrokartono di koran New York Herald Tribune mengenai hasil perdamaian rahasia Perang Dunia I itu merupakan salah satu prestasi luar biasa Sosrokartono sebagai jurnalis perang.
Sosrokartono Merupakan ahli bahasa. Ia menguasai 17 bahasa asing, diantaranya Latin, Yunani, Rusia, Sansekerta, Cina, Jepang, Arab, Perancis, Belanda, Jerman, Spanyol, Slavia. Selain itu, dia juga menguasai 10 bahasa suku di Indonesia. Sebelum menjadi jurnalis The New York Herald Tribune, ia bekerja sebagai penterjemah di Wina, Austria. Di Wina, dia terkenal dengan sebutan sang Jenius dari Timur. Ia juga bekerja sebagai jurnalis di beberapa surat kabar dan majalah di Eropa.
Sebelum Perang Dunia I berakhir, pada bulan November 1918, Sosrokartono terpilih menjadi penterjemah tunggal oleh Sekutu. Hal itu karena dia merupakan satu-satunya pelamar yang memenuhi persyaratan. Beberapa syarat itu, antara lain ahli bahasa dan budaya di Eropa, serta bukan kalangan orang Eropa. (Mase Adi Wibowo)
Artikel terkait:
Sosrokartono (1) Mahasiswa pribumi pertama belajar di luar negeri
Sosrokartono (2), seoarang jenius menguasai 27 bahasa
Sosrokartono (3) simbol kebangkitan intelektual
Sosrokartono (4) kemabali ke Indonesia
Sosrokartono (5-habis) jenazahnya disemayamkan di Kudus