SEPUTARKUDUS.COM, UMK – Suara nyaring mesin terdengar di ruang
Laboratorium Fakultas Teknik Gedung warna Biru Universitas Muria Kudus (UMK), belum lama ini. Di dalam mesin pencacah kain bekas itu, terlihat baja
berbentuk bulat dengan mata pisau berputar memotong kain berkas yang dimasukkan
ke dalamnya. Tidak sampai satu menit, mesin itu menghasilkan serpihan kain.
Sukis sedang menunjukkan Crusher Pencacah Kain di Laboratorium Fakultas Teknik UMK. Foto: Imam Arwindra |
Mesin yang dinamai Crusher Pencacah Kain itu diciptakan oleh Muhammad Sukis, mahasiswa Tekni Mesin UMK. Menurutnya alat tersebut
berfungsi sebagai pencacah kain untuk bahan baku eternit, isi kasur, bantal dan guling.
“Nanti kain-kain sisa jahit (perca) akan dipotong kecil-kecil untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku eternit, bantal dan kasur,” tuturnya kepada Seputarkudus.com saat ditemui di laboratorium Teknik UMK, Selasa (6/9/2016).
Pria asal Desa Undaan Kidul, Kecamatan
Karanganyar, Demak, menjelaskan, bahan untuk membuat eternit yakni semen putih
yang dicampur serat kain. Menurutnya, serat kain tersebut berasal dari
kain-kain bekas konfeksi atau penjahit yang dipotong kecil-kecil. “Eternit
fungsinya untuk plafon rumah,” tambahnya.
Selain itu, cacahan kain tersebut juga bisa dimanfaatkan isi
bantal, guling maupun kasur. Dia menuturkan, selain kapuk, isi kasur juga bisa menggunakan cacahan kain. Menurutnya, cacahan kain juga cocok untuk isi
bantal dan guling. “Dari sisa kain yang sudah tidak terpakai bisa dibuat lebih
bermanfaat,” tuturnya.
Kepada Seputarkudus.com Sukis menuturkan, mesin Crusher Pencacah Kain dibuat bersama dua orang temannya. Proyek tersebut didanai oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia, melalui progam hibah bersaing. Menurutnya, mesin yang
dibuatnya menghabiskan dana Rp 20 juta. “Mesin ini (kalau
membuatnya fokus satu bulan jadi,” terangnya.
Menurutnya, alat yang berkapasitas 10 kilogram tersebut
digerakkan dengan mesin motor bahan bakar bensin dua horse power (HP). Hasil dari
mesin yang dibuatnya, setiap satu menit dapat menghasilkan satu kilogram
kain berukuran kecil.
Hasil Crusher Pencacah Kain karya mahasiswa UMK. Foto: Imam Arwindra |
Pria kelahiran Demak, 13 Maret 1991 menjelaskan, pisau yang
digunakan yakni berbahan baja K 100. Menurutnya ada 19 pisau dinamis dan satu
pisau statis. Ukuran pisau dinamis yakni panjang 30 milimeter, lebar 20
milimeter dan tebal 10 milimeter. Sedangkan, pisau statis panjang 300
mililiter, lebar 30 mililiter dan tebal 10 mililiter. “Perbandingan putarannya
1:2 dengan motor penggerak,” jelasnya.
Hasil pembuatan mesin yang bimbing oleh dosen Progam Studi Mesin Sugeng Slamet, menurut Sukis akan dihibahkan kepada masyarakat yang
membutuhkan. Menurutnya, sebelumnya akan dihibahkan kepada pengusaha eternit
yang ada di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus. Namun usahanya
sudah tutup.
"Akhirnya, kami akan hibahkan ke pengusaha kasur atau siapa pun yang membutuhkannya. Ini belum tahu mau dihibahkan kemana. Yang jelas alat pemotong kain ini akan dihibahkan,” tuturnya.
"Akhirnya, kami akan hibahkan ke pengusaha kasur atau siapa pun yang membutuhkannya. Ini belum tahu mau dihibahkan kemana. Yang jelas alat pemotong kain ini akan dihibahkan,” tuturnya.
Dalam waktu dekat, katanya, dia akan menciptakan alat pencacah
plastik. Menurutnya, proposal yang diajukan sudah diterima, tinggal proses
pembuatan. Dia mengklaim, alat yang akan dibuatnya bisa merubah plastik sampah
menjadi biji plastik. “Ini sudah mulai, nantinya dengan alat sejenis akan
dikembangkan untuk mesin pencacah plastik,” tambahnya.