Latest News

Teguh Munasri, Tukang Bubur yang Berjualan di Kudus Sejak Harga Masih Rp 150 Semangkuk

SEPUTARKUDUS.COM, PEDAWANG - Seorang pria berbaju garis-garis kombinasi warna putih, hitam dan merah, terlihat menata sejumlah mangkuk, di Jalan Mayor Kusmanto, Desa Pedawang, Kecamatan Bae. Kemudian dirinya menuangkan bubur kacang hijau dan ketan hitam di atas mangkuk yang telah disiapkan. Pria itu bernama Teguh Manasri (44), yang hampir setiap hari menjual bubur di tempat itu. Pria Asal Sukoharjo itu telah 21 berjualan bubur di Kudus, sejak harganya masih Rp 150 per mangkuk.
Jual bubur kacang hijau dan ketan hitam
Teguh Munasri menjual bubur kacang hijau dan ketan hitam di Pedawang. Foto: Sutopo Ahmad




Sembari melayani pesanan pembeli, Teguh, begitu akrab disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang usaha yang dia geluti. Dia menceritakan, dirinya mulai berjualan bubur kacang hijau dan ketan hitam pada tahun 1994. Saat itu, harga satu mangkuk bubur kacang hijau Rp 150. Pada awal memulai usaha jual bubur, dia mengeluarkan modal Rp 27 ribu. 

"Awal mula berjualan saat harga semangkuk bubur kacang hijau masih Rp 150. Sekarang harganya sudah Rp 3 ribu,” tutur Teguh yang saat ini tinggal bersama keluarganya di Desa Tupang Krasak RT 05 RW 05 Kecamatan Jati, Kudus. 

Pria tiga anak itu mengungkapkan, pada saat memulai usaha, setiap hari dirinya mendapat hasil Rp 10 ribu. Uang senilai itu sudah bisa digunakannya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Sekarang, tiap bulan dirinya bisa mendapat hasil bersih sekitar Rp 3 juta setiap bulan. semua bahan untuk membuat bubur kacang hijau dan ketan hitam dia dapatkan dari Pasar Kliwon.

“Dulu penghasilan Rp 10 ribu sudah ada nilainya. Kalau sekarang ya tidak cukup untuk kebutuhan hidup,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com.

Pada pukul 7.00 WIB, Teguh mulai mengayuh gerobak yang digunakannya untuk berjualan bubur kacang hijau dan ketan hitam. Tempat yang dituju yakni di Desa Pedawang, tepatnya di depan kantor PC PMII Kudus. Pukul 14.00 WIB dia pulang kembali ke rumahnya. "Kenapa di sini, ya karena banyak pembeli yang datang," ucap Teguh sambil senyum.

Teguh menambahkan, setiap hari bubur kacang hijau dan ketan hitam sebibsa mungkin habis terjual. Karena jika tidak habis, bubur itu tak bisa dijual keesokan harinya. “Kalau musim penghujan saya siasati jualan pakai es, kalau musim kemarau saya jualan bubur hangat-hangat,” tuturnya.