SEPUTARKUDUS.COM, SLEKO – Pengendara dari Jalan Tanjung dan Jalan Johar telihat berpapasan
di perempatan yang memisahkan Desa Kramat, Kelurahan Wergu Kulon dan Wergu Wetan. Sementara
itu dari arah Jalan Pramuka dan Jalan Pemuda mereka berhenti mengikuti lampu merah. Di
arah timur laut perempatan tersebut, berdiri pos polisi dengan warna blester
biru putih. Pos tersebut tertulis "Pos Polisi Sleko".
Perempatan Sleko, begitu masyarakat Kudus menyebut perempatan di kawasan itu. Perempatan tersebut menghubungkan Jalan Pemuda, Jalan Pramuka, Jalan Tanjung dan Jalan Johar. Ke arah barat perempatan, menuju arah Alun-alun SimpangTujuh Kudus. Sedangkan ke arah timur menuju Mejobo, dan ke selatan menuju Stasiun Johar, serta ke arah utara ke Jalan Jendral Sudirman.
Perempatan Sleko, begitu masyarakat Kudus menyebut perempatan di kawasan itu. Perempatan tersebut menghubungkan Jalan Pemuda, Jalan Pramuka, Jalan Tanjung dan Jalan Johar. Ke arah barat perempatan, menuju arah Alun-alun SimpangTujuh Kudus. Sedangkan ke arah timur menuju Mejobo, dan ke selatan menuju Stasiun Johar, serta ke arah utara ke Jalan Jendral Sudirman.
Di seberang jalan arah
Jalan Pemuda, terdapat toko rokok dengan nama MKSB, dan di depannya terdapat toko ponsel X-Treme Cell. Menurut Harjanto Tirto (64) pemilik toko MKSB, jalan di depan toko miliknya dulu bernama Jalan
Sleko. “Seingat saya dulu dari cerita
kakek, nama Jalan Pemuda dulunya adalah Jalan Sleko. Mungkin kenapa daerah sini
namanya Sleko,” tutur dia saat ditemui di tokonya belum lama ini.
Dia mengungkapkan,
untuk detailnya kenapa namanya Sleko dia tidak tahu. Menurutnya, sejak dia
lahir, di sekitar perempatan sudah terkenal dengan sebutan Sleko. “Rumah yang saya tempati ini
dari kakek saya, ya sudah lama. Nama daerah di sini
sejak dulu sudah Sleko. Mungkin muncul nama Sleko sejak zaman penjajahan Belanda,” terang
dia.
Saat ditemui Seputarkudus.com di
Balai Desa Kramat, Kecamatan Kota, Kepala Desa Kramat, Tulistyono menuturkan, nama Sleko sudah ada sebelum dia lahir. Dia
memberitahukan, di sekitar Perempatan Sleko banyak tinggal warga etnis Tionghoa. “Daerah tersebut orang Jawanya sedikit, sebagian besar etnis Tionghoa
yang bermukim dan juga berdagang,” tuturnya.
Secara detail kenapa
disebut Sleko dia kurang tahu. Menurutnya, ada kemungkinan kata sleko bukanlah
kata dalam Bahasa Jawa, yakni bahasa yang diserap dari Tiongkok. Karena secara geografis, sudah
sejak zaman dulu orang-orang Tionghoa banyak berdagang dan bermukim di kawasan tersebut. “Mereka berjualan sembako, menjual besi-besi dan bahan bangunan lainnya di perempatan arah stasiun
lama Johar (Jalan Johar),” terangnya.
Tulistiono
menambahkan, ada yang menyebut dulu daerah sekitar Perempatan Sleko sebagai kawasan pecinan (sebuah kawasan yang mayoritas dihuni orang Tionghoa).
“Wah ini memang perlu dibedah bersama-sama. Kenapa namanya Sleko,” ungkap dia.