Latest News

Meski Sudah Renta, Warga Demaan Ini Tetap Mengamen Karena Tak Mau Merepotkan Anak

SEPUTARKUDUS.COM, JATI WETAN - Di bawah pohon tepi Jalan R Agil Kusumadya, Kudus, seorang kakek mengenakan baju warna putih kombinasi oranye terlihat sedang membawa gitar. Perlahan, kakek tersebut merundukkan kepala sambil melangkahkan kedua kakinya menyusuri jalan tersebut. Terik matahari dan debu tak dihiraukannya. Di depan setiap pintu warung dan toko dia menghentikan langkah, kemudian dia memetik senar gitar dan menyanyi. 
Pengamen Jalanan
Sokib saat mengamen di Jl R Agil Kusumadya, Kudus. Foto: Sutopo Ahmad

Laki-laki tua tersebut bernama Sokib (73), pria asal Desa Demaan RT 1 RW 7, Kecamatan Kota, Kudus. Setiap hari dia berjalan menyusuri jalanan kota untuk mengamen. Meski sudah renta dan tubuh yang ringkih, dia mengaku tak ada masalah untuk mencari rezeki yang halal. Selain itu dirinya tak ingin merepotkan anak-anaknya. Menurutnya, berjalan kaki setiap hari untuk mengamen, dia tidak pernah merasakan kelelahan, justru tubuhnya semakin sehat.

“Tubuh masih sehat, tidak tega dengan anak, saya cari makansendiri. Setiap kali tidak mengamen, tubuh terasa sakit semua, mau tidak mau saya mengamen dengan berjalan kaki setiap hari, tubuh terasa sehat dan pikiran menjadi tentram,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com saat di timur SMP 2 Jati, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kudus, belum lama ini.

Sokib mengaku memiliki enam orang anak. Sebelum mengamen, dulu dia bekerja sebagai sopir truk, mengantar sejumlah kasur lantai ke Sumatera. Dia menjelaskan, truk yang dia kendarai itu milik tetangganya, dan dia membeli sejumlah kasur lantai dari Pati. Setelah istrinya meninggal, dia berhenti menjadi sopir truk dan lebih memilih untuk mengamen.

“Setelah istri meninggal, saya kumpulkan semua anak-anak, saya mintai pertimbangan satu satu. Tidak ada lagi yang perlu saya carikan nafkah, jadi saya ingin mengamen. Kalau semua tidak setuju, berarti semua ingin membuat saya umurnya lebih pendek. Karena mengamen, tubuh saya menjadi lebih sehat. Akhirnya anak-anak saya setuju,” terangnya.

Dia menuturkan, lima orang anaknya bekerja di Kalimantan. Dua orang anaknya bekerja sebagai guru dan tiga bekerja di pertambangan batu bara. Saat ini dia tinggal bersama anak bungsunya yang sudah berkelurga, di Kudus. 

Sokib menambahkan, dirinya mengamen empat tahun mengamen. Dia berangkat Pukul 9.00 WIB dan pulang pukul 16.00 WIB. Menurutnya, setiap hari dia bisa mendapat sebesar Rp 25 ribu dari hasil mengamen. “Lagu saya mengamen kuno-kuno, misalnya lagu-lagu milik Bruri Marantika dan Pambers,” tambahnya.