SEPUTARKUDUS.COM, GETAS PEJATEN - Di tepi barat Jalan Getas Pejaten Raya tampak berjajar beberapa kios yang tidak jauh dari Gedung Graha Mustika. Di dalam satu kios terlihat seorang pria renta berkaus merah dan memakai topi biru sedang memegangi tuas alat untuk membengkokan besi as. Pria itu bernama Edy Sucipto, pemilik bengkel las di kios tersebut. Selama puluhan tahun mendirikan bengkel las tersebut, dia bekerja seorang diri tanpa pekerja.
Mbah Edy sedang mengerjakan pesanan di bengkel miliknya. Foto: Rabu Sipan |
Di sela aktivitasnya, pria yang akrab disapa Mbah Edy tersebut sudi berbagi kisah tentang usahanya. Dia mengatakan, mulai mendirikan usaha bengkel las itu pada tahun 1980. Sebelum memulai usahanya itu dia terlebih dulu bekerja di beberapa perusahaan karoseri yang berada di Kudus.
“Setelah punya modal dan sudah bisa mengoperasikan alat las, aku memutuskan keluar dari pekerjaan dan mendirikan bengkel las yang aku beri nama Cipta Karya. Namun sejak aku merintis usahaku ini tidak pernah dapat orderan dalam jumlah banyak. Dari dulu sampai sekarang aku tidak pernah merekrut karyawan karena takut tidak mampu membayarnya” kata Edy kepada Seputarkudus.com.
Warga Desa Getas Pejaten tersebut mengatakan, selain takut tidak mampu membayar karyawan, selama ini order yang dia dapatkan bisa dia kerjakan sendiri. Bengkel lasnya tersebut, kata Mbah Edy menerima pesanan pembuatan barang, di antaranya, teralis, rak besi, jemuran baju dan lain sebagainya.
Pria yang sudah dikaruniai dua anak dan empat cucu itu menuturkan, selama 20 tahun terakhir dia sudah tidak menerima orderan pembuatan barang yang berat, misalnya teralis atau gerbang pintu. Menurutnya raganya yang sudah renta tidak mampu lagi mengangkat barang material yang akan dijadikan barang tersebut.
“Teralis dan gerbang pintu itu terbuat dari bahan material besi yang berat. Mengangkat materialnya saja aku sudah tidak kuat apalagi kalau sudah jadi teralis ataupun gerbang pintu yang tentu bebanya lebih berat,” ungkapnya
Sejak tidak kuat lagi mengerjakan pesanan teralis dan lainya yang mempunyai beban berat, Edy mengaku hanya menerima pesanan barang yang mempunyai beban ringan. Di antaranya jemuran baju dan rak besi. Edy mengatakan mempunyai toko langganan milik seorang warga Tionghoa yang selalu membeli jemuran buatan Mbah Edy untuk dijual di tokonya yang berada di depan Pasar Kliwon Kudus.
Edy lalu merinci harga jemuran buatanya tersebut, jemuran bercat putih dengan bentuk atas kotak memanjang dia hargai Rp 300 ribu. Sedangkan untuk jemuran dengan atas berbentuk bulat dia jual dengan harga Rp 175 ribu.
“Itu harga untuk yang membeli satuan, tapi jika membeli dalam jumlah banyak atau yang membeli para pedagang yang ingin menjualnya kembali biasanya harga tersebut aku kurangi Rp 50 ribu,” ungkap Mbah Edy.
Bengkel Cipta Karya buka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 14. 00 WIB. “Aku sengaja membuka serta bekerja sampai pukul 14. 00 WIB, karena istrinya di rumah sedang sakit lumpuh,” kata Edy