Latest News

Koko Rela Berangkat ke Sekolah Tak Naik Motor Demi Memenuhi Biaya Pasang Peredam Suara Studio Musiknya

SEPUTARKUDUS.COM, PEGANJARAN - Di depan pintu masuk studio musik di Dukuh Jatisari, Desa Peganjaran, Kecamatan Bae, seorang pria mengenakan kaus berwarna hitam terlihat sedang membersihkan gitar elektrik. Pria itu bernama Yunus Budi Admoko (28), yang tak lain pemilik studio bernama Sakura tersebut. Studio itu mulai dirintis sejak dirinya duduk di kelas 3 SMA. Bahkan saat awal membuat studio, dia rela ke sekolah tak naik motor hanya untuk membeli peredam suara untuk studio musiknya.
studio musik sakura kudus
Koko sedang mengecek alat musik di Studio Sakura. Foto: Ahmad Rosyidi


Kepada Seputarkudus.com, Koko, begitu dia akrab disapa, sudi berbagi cerita tentang studio dan hobinya bermusik. Dia mengatakan, studio tersebut mulai dirintis sejak 2007, saat dia masih duduk di kelas 3 SMA. Demi cita-citanya memiliki studio musik dia rela ke sekolah tak naik motor, hanya karena peredam suara di studionya.

"Saat awal merintis studio, alat musik dan perlengkapan studio belum semuanya terisi. Saat itu saya rela tak naik motor ke sekolah karena butuh biaya untuk membuat peredam suara di studio. Motor saya jual untuk memasang peredam suara," ungkap Koko belum lama ini.

Setelah lulus SMA, katanya, studio musiknya dibuka setelah perlengkapan musik dan sound system lengkap. Keinginannya membuat persewaan studio musik tercapai dan banyak pemain musik lokal di Kudus menggunakan studionya untuk berlatih.


Koko menceritakan, sejak kecil dia sudah menyukai musik. Dia sudah menyukai musik sejak masih sekolah dasar (SD). Saat kecil Koko sring ikut ngeband pamannya yang juga seorang musisi. Setelah tertarik, dia belajar bermain gitar kepada pamannya. Setelah duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) kelas dua, Koko baru memiliki gitar hadiah dari orang tuanya saat ulang tahun.

Setelah itu Koko mulai tekun bermain musik hingga membuat grup band. Sejak mendapat hadiah gitar itu dia baru menekuni belajar musik. Dalam satu hari dia belajar gitar hingga dua jam. Di rumah Koko belajar gitar sambil melihat video-video idolanya, Jonh Petrucci. "Pernah les musik di Yamaha Musik, belum lulus saya keluar, karena yang diajarkan kebanyakan sudah saya pelajari sendiri sebelumnya,” ungkap pemilik Sakura Studio Musik itu.

Koko mengaku saat masih SMP sering manggung bersama grup bandnya. Selain menjadi gitaris dia juga vokal di grup bandnya saat itu. Karena Koko ingin grupnya lebih berkembang, sejak SMP itulah dia sudah memiliki cita-cita untuk membuka studio musik pribadi. 

Tapi setelah lulus SMP dia mengaku grup bandnya bubar, karena ada yang tidak melanjutkan sekolah, dan masing-masing memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Sejak itulah dia mulai jarang bermain musik dengan teman-temannya, meski begitu Koko masih menekuni dunia musik. 

Koko mengungkapkan bahwa dirinya sangat didukung keluarga, terutama ibunya. Saat jenuh bermusik atau sedang ada masalah dalam usaha membuka studio musik, Koko mengaku selalu diberikan nasihat ibunya yang membuat dia tidak menyerah. Dia mengaku banyak kendala dalam usahanya, terutama kendala modal. Karena menurutnya tidak mudah menekuni usaha di bidang musik. Selain masalah perawatan, Koko juga terkendala modal untuk pengembangan usahanya.

“Saya beruntung mendapat dukungan penuh dari keluarga, terutama ibu saya. Karena tidak mudah usaha studio musik, banyak kendala, dua teman saya yang ikut buka studio musik sekarang sudah tutup. Tahun 2013 hingga tahun 2014 buka recording tapi jarang peminat, jadi saya jual alatnya kemudian ganti jasa sewa sound system, genset, lighting, dan kipas air yang masih berjalan hingga sekarang,” katanya.