Latest News

Rangkul Anak Punk di Kudus, Kholid Mawardi Gunakan Pendekatan Personal

SEPUTAR KUDUS - Kholid Mawardi bersama anak-anak Punk binaannya di kolam budi daya ikan nila di Desa Jepang Pakis, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.
KUDUS-Anak jalanan sering menjadi masalah bagi pemerintah di perkotaan, tak terkecuali keberadaan anak-anak Punk. Keberadaannya selalu dianggap beban dengan dalih mengganggu keindahan dan menambah kesemerawutan jalanan. Namun, pemerintah jarang memiliki solusi yang tepat agar mereka tidak lagi hidup di jalanan dan menggantungkan hidup dari mengamen. Langkah penggerebekan tidak membuat mereka jera, bahkan menganggap sebagai arogansi penguasa kepada mereka.

Ketua Front Perjuangan Rakyat Muskin (FPRM) Kudus, Kholid Mawardi mempunyai gagasan dan langkah yang berbeda. Pria yang lebih dikenal sebagai aktivis ini merangkul anak-anak Punk di Kudus untuk diajak berwira usaha. "Sebenarnya mereka butuh, eksistensi, perhatian dan butuh pengakuan masyarakat. Sehingga pendekatan personal terhadap anak-anak yang sedang mencari jati diri seperti mereka akan lebih efektif," tutur Kholid saat ditemui di rumahnya, Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Minggu (18/9).

Kholid menceritakan, awalnya dia cukup prihatin dengan perlakuan pemerintah terhadap anak-anak Punk. Mereka sering diuber Satpol PP dan ditangkap, tak jarang pula rambut mohak mereka dipotong. "Hal itu tidak akan membuat mereka berubah, karena style berpakaian adalah ciri khas mereka. Jika ingin mereka tidak hidup dijalan, seyogyanya Pemerintah memberi solusi agar mereka mempunyai kegiatan positif, lebih-lebih dapat memberi penghidupan bagi mereka," tutur pria yang suka mengenakan topi itu.

Ajak Berwira Usaha
Di Kudus, ada beberapa titik berkumpulnya anak-anak marjinal ini. Lampu merah Taman Ngedok, Lampu merah Ngembal, dan belakang Mall Ramayana adalah tempat yang sering dapat dijumpai. Awalnya kholid mendekati beberapa anak Punk di belakang Mall Ramayana di tahun 2008. Berawal dari perkenalan, mereka diajak berdiskusi tentang segala hal, termasuk berwira usaha.

"Program pertama, mereka sekitar 20 anak Punk kami ajak untuk belajar sablon. Saya sendiri sebetulnya tidak memiliki keterampilan itu, saya menggandeng seorang teman yang memiliki keahlian menyablon," ujar Kholid. Tak hanya keterampilan menyablon, anak-anak binaannya juga diajari untuk membuat gambar vektor dan grafiti.

Dengan kegiatan-kegiatan tersebut, intensitas anak-anak Punk binaannya hidup di jalan, sedikit demi sedikit berkurang. Hasil dari keterampilan yang diberikan, anak-anak Punk yang dibina oleh Kholid kemudian sedikit mempunyai penghasilan, utamanya dari menyablon kaos dan emblem, yang mereka jual saat ada acara pentas musik dan pesanan.

Beternak Ikan Nila
Di bulan Mei tahun 2011 yang lalu, Kholid menjalin kemitraan dengan Balai Pelatihan Kerja (BLK) Kabupaten Kudus untuk mewadahi anak-anak Punk binaannya. Proposal yang diajukan Kholid, ditanggapi positif oleh BLK. Akhirnya BLK memberikan peltihan keterampilan budi daya ikan nila, beserta perlengkapan pembuatan kolam, bibit, dan pakan selama tiga bulan.

"Pertengahan bulan Agustus lalu, kolam telah mereka buat. Saat ini ikan telah berumur sekitar satu bulan. Dua bulan lagi, anak-anak Punk panen ikan nila," Ujar Kholid, bangga. Ia menambahkan, sebagian hasil panen ikan nila akan dipergunakan untuk modal pengembangan usaha. Selebihnya akan dibagi anak-anak Punk yang ikut mengurus kolam setiap harinya.

Kinerja yang baik selama mengelola budi daya ikan nila oleh anak-anak binaannya, ditanggapi positif oleh pihak BLK. Rencananya, bersama BLK, Kholid akan menggaet anak-anak Punk lain untuk diberikan keterampilan lain. Di antaranya, pelatihan pertukangan dan otomotif. "Memberantas anak jalanan bukan berarti menghardik mereka, justru kita harus merangkulnya," pungkasnya. (Suwoko)