Ibu yang tak rela ditinggalkan anaknya kemudian berdoa kepada Allah. "Ya Allah, anakku telah menyiksaku dengan perpisahan ini, maka timpakanlah dia siksaan," kata sang ibu dalam doanya.
Pada suatu malam sebelum sampai di Mekah, tibalah syekh tersebut di sebuah kota untuk beristirahat dan salat. Dia masuk masjid dan kemudian menunaikan salat. Pada saat yang sama, di kampung itu terjadi pencurian. Warga mengejar pencuri tersebut ke dalam masjid yang digunakan syekh untuk menunaikan salat.
Di dalam masjid, warga melihat seseorang yang tengah melakukan salat. Mereka beramai-ramai menangkap orang tersebut, yang bukan pencuri yang mereka cari melainkan syekh. Warga kemudian menyerahkannya kepada penguasa kota, dan meminta syekh yang dituduh sebagai pencuri dihukum.
Penguasa kota itu lantas memerintahkan petugas untuk memotong kedua tangannya, kedua kakinya, dan melepas bola matanya dari kepala. "Inilah hukuman bagi seorang pencuri," kata penguasa kota kepada masyarakat kota yang menyaksikan hukuman tersebut.
Namun syekh menyaut omongan penguasa kota. "Bukan, ini bukan hukuman bagi seorang pencuri, namun hukuman bagi orang yang hendak tawaf ke Kota Suci, namun tak mendapat restu dari ibunya," katanya.
Penguasa kota dan warga terkejut mendengar perkataan syekh. Setelah bercerita perihal peristiwa sebelum dirinya dihukum, penguasa kota dan warga menangis dan menyesal karena telah menghukum yang tak bersalah. Penguasa kota kemudian memerintahkan agar syekh diantar ke rumah yang dia tinggalkan.
Sesampainya di depan pintu rumah, dia meminta berkata pada ibundanya. "Saya adalah musafir, saya lapar, berilah saya sepotong roti untuk makan," kata syekh.
"Datanglah engkau ke pintu," kata ibunya.
"Saya tidak punya kaki," jawab anaknya.
"Ulurkan tanganmu," pinta ibunya.
"Saya tak punya tangan," sahut anaknya.
"Lalu bagaimana saya bisa memberimu roti jika engkau melihatku adalah perbuatan yang diharamkan," jata sang ibu.
"Jangan khawatir, saya tak punya mata," jawab anaknya.
Kemudian sang ibu menuju ke pintu dan membawakan sepotong roti. Syekh yang menyadari ibunya keluar lantas meletakkan lengannya ke kaki ibunya dan bersimpuh. "Maafkanlah aku ibu yang telah durhaka kepadamu," kata syekh.
Menyadari orang tang meminta roti tak lain adalah anaknya, sang ibu kemudian menangis dan menyesali apa yang telah dia minta kepada Allah terhadap anaknya. Dia kemudian berdoa, "Ya Allah, jika seperti ini keadaannya, maka cabutlah nyawaku dan nyawa anakku, agar orang-orang tak mengetahui aib kami." Allah kemudian mencabut nyawa keduanya.