SEPUTARKUDUS.COM, PANJUNAN - Di atas sebuah kursi roda, seorang laki-laki memegangi beberapa
koran dan menawarkanya ke setiap pengendara yang melintas. Tampak beberapa
tabloid dan koran tergantung di kursi roda dan menutupi ke dua
lututnya. Muhammad Arif (30), nama lelaki itu, yang setiap hari menjadi loper dan penjual koran menggunakan kursi roda. Pada Ramadan ini, dia harus menempuh jarak puluhan kilometer untuk menuju agen, mengantar koran ke pelanggan dan ke tempat berjualan dalam keadaan berpuasa.
Sambil menawarkan koran kepada para pengguna jalan, Arif berbagi kisah kepada Seputarkudus.com, belum lama ini. Dia bercerita, setiap hari sesudah salat Subuh dia berangkat dari rumahnya di Desa Krandon, Kecamatan Kota, Kudus. Untuk menjual koran dan tabloid kepada para pengendara yang melintas di Jalan Mangga. Jarak dari rumah ke tempat dia berjualan sekitar 10 kilometer, harus dia tempuh menggunkan kursi roda.
Arif, menawarkan koran kepada pengendara di Jalan Mangga, Kudus. Meski lumpuh, dia tak mengeluh harus bekerja menjadi loper dan penjual koran. Foto: Rabu Sipan |
Sambil menawarkan koran kepada para pengguna jalan, Arif berbagi kisah kepada Seputarkudus.com, belum lama ini. Dia bercerita, setiap hari sesudah salat Subuh dia berangkat dari rumahnya di Desa Krandon, Kecamatan Kota, Kudus. Untuk menjual koran dan tabloid kepada para pengendara yang melintas di Jalan Mangga. Jarak dari rumah ke tempat dia berjualan sekitar 10 kilometer, harus dia tempuh menggunkan kursi roda.
“Setelah salat Subuh, aku berangkat dari rumah menuju ke Kudus
Agency untuk mengambil koran, tabloid dan majalah. Setelah itu aku berkeliling
menggunakan kursi roda untuk mengantarkan ke tiga barang tersebut kepada
beberapa pelanggan,” ujar pria yang biasa disapa Arif kepada Seputarkudus.com, belum lama ini.
Arif mengatakan, biasanya beberapa pelanggan yang pada hari
itu akan melintas di Jalan Mangga, mereka akan mengabari melalui telepon agar dia
tidak usah mengantar koran ke rumah pelangganya. Karena
mereka akan mengambilnya saat melintas di tempat dirinya berjualan.
“Aku berjualan hanya sampai Dzuhur, setelah itu aku pulang. Selain sudah sepi pembeli, cuacanya juga panas, takutnya nanti puasaku
tidak sampai Maghrib karena kepanasan,” ungkapnya.
Anak kedua dari delapan bersaudara
tersebut sudah berjualan koran, tabloid dan majalah sejak tahun
2010. Penghasilan yang didapat sekitar Rp 20 ribu sehari.
“Biarpun baru berpenghasilan Rp 20 ribu sehari, setidaknya
uang tersebut bisa membantu kebutuhan kedua orang tuaku untuk keperluan adik-adiku. Soalnya kedua orang tuaku kerjanya hanya sebagai buruh serabutan,”
ujar Arif.
Pria yang sempat menamatkan pendidikan SMP tersebut mengaku lumpuh sejak usia 16 tahun karena gangguan saraf tulang
belakang akibat jatuh dari sepeda. Dia juga mengatakan selama 10 tahun
hanya diam di rumah, tidak bisa berbuat apa-apa akibat sakit yang dia
derita.
“Hingga di suatu hari ada orang yang memberikan kursi roda. Sejak
ada kursi roda tersebut aku mulai berpikir untuk ke luar rumah dan berbuat
sesuatu yang bisa membantu keluarga. Akhirnya aku mencoba untuk berjualan
koran. Aku juga punya keinginan bila punya modal nanti ingin punya toko
sembako,” harap Arif.