Pada Ramadan tahun ini dia berpuasa, seperti tahun-tahun sebelumnya. Suparman menuturkan, sudah puluhan tahun dirinya hidup menduda. Dan sejak itu saat Ramadan datang, dia sahur dan berbukanya membeli makan di warung, tak jarang dia juga memasak sendiri.
“Seringnya aku membeli makanan di warung untuk sahur dan berbuka, soalnya kalau masak sendiri tidak sempat. Paling nanti, aku juga berbuka di warung yang aku lewati dalam perjalanan pulang, soalnya sudah sore, pepaya juga masih banyak,” kata Suparman kepada Seputarkudus.com.
Pria tua yang mengenakan kemeja batik tersebut mengatakan, sebenarnya dia memiliki empat anak tetapi sudah menikah semua. Dia mengaku tidak mau bila merepotkan kehidupan ke empat anaknya.
“Aku bisa saja menggantungkan hidup kepada ke empat anaku, atau satu di antara mereka. Tetapi aku tidak mau merepotkan mereka, karena mereka juga sudah berumah tangga dan punya tanggung jawab untuk keluarganya. Selagi aku masih bisa bekerja, aku selalu berusaha memenuhi kebutuhanku sendiri. Dan bila ada sisanya bisa memberi uang sekedar buat jajan cucu-cucuku,” kata Suparman.
Warga Desa Cendono, Kecamatan Dawe, Kudus, itu mengatakan, sudah berjualan buah keliling sekitar 25 tahun. Dia tidak melulu berjualan pepaya, terkadang dia juga menjual mangga atau buah lain.
Pria yang mempunyai tujuh cucu tersebut mengungkapkan, tiap pagi dia belanja ke Pasar Dawe membeli pepaya lalu menjualnya. Harga pepaya sekitar Rp 3 ribu dan yang paling mahal Rp 20 ribu per buah. “Tidak semua Pepaya ku bisa habis terjual dalam sehari, biasanya membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga hari untuk menjual habis pepaya ini,” ungkap Suparman.