Hilmi, Pengurus Pondok Tanfidh Yanbuul Quran Kudus menjelaskan, nama Yanbu’ diambil dari ayat Al-Quran Surat Al-Isra ayat 90. “Waqoluu lannu'mina laka khattaa tafjuralanaa minal ardhi yanbuaa',” ungkapnya.
Nama tersebut, kata Hilmi, dipilih langsung oleh pendiri Pondok Yanbuul Qur’an yakni KH M Arwani Amin. Menurut cerita, Yanbuul Quran berarti mata air (sumber) Al-Quran. Pendiri berharap Pondok Tanfidh Yanbuul Qur’an bisa benar-benar menjadi sumber ilmu. “Nama tersebut dipilih langsung oleh KH M Arwani Amin, pendiri pondok ini,” ungkapnya ketika ditemui di Pondok Yanbu’ul Qur’an Dewasa.
Dia menceritakan, cikal bakal berdirinya pesantren Pondok Tanfidh Yanbuul Quran berawal dari pengajian yang diampu oleh KH M Arwani Amin tahun 1942 di Majid Kenepan. Di masjid tersebut, dia menerima santri yang ingin mengaji Al-Quran baik Bin Nadhor maupun Bil Ghoib. Namun pengajian tersebut sempat terhenti sebab kesibukan KH M Arwani Amin yang menuntut ilmu Trariqoh di Pesantren Popongan, Solo. “Rentang waktunya antara tahun 1947 hingga 1957,” tuturnya.
Selanjutnya, tahun 1957 pengajian tersebut kembali dilanjutkan di Masjid Busyro Latif. Tepatnya tahun 1962 KH M Arwani Amin memindahkan pengajian di rumahnya yang baru, tidak jauh dari Masjid Busyri Latif. Letaknya di Kelurahan Kajeksan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. “KH Arwani mempunyai rumah baru di Kelurahan Kajeksan, dan pengajiannya dipindah di rumahnya,” terangnya.
Hilmi meneruskan cerita, berjalannya waktu santri yang belajar dengannya semakin bertambah. KH Arwani berniat mendirikan sebuah pesantren yang bisa menampung santri-santri yang belajar kepadanya. Tahun 1973 berdirilah pesantren dengan nama Yanbuul Qur’an.
Menurut cerita yang didapat Hilmi, ada empat tujuan pokok berdirinya Pondok Tanfidh Yanbuul Quran, yakni menyediakan pemukiman bagi santri yang ingin belajar dan menghafal Al-Quran, memudahkan kontrol santri yang sedang belajar, menjaga kemurnian Al-Quran. “Terakhir, turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,” terangnya.
Dia memberitahukan, pada 1 Oktober 1994, KH M Arwani Amin berpulang ke Rahmatullah. Pengelolaan pondok dilanjutkan oleh anaknya KH M Ulin Nuha Arwani dan KH M Ulil Albab Arwani, serta seorang murid kesayangan KH Arwani yakni KH Muhammad Mansur Maskan. “Namun (KH Muhammad Mansur Maskan ) sudah meninggal.” Tuturnya.