Latest News

Nitisemito, Radja Rokok Kretek Asal Kudus (1)

Buta Huruf, Jenius Berwirausaha

DARI sekian foto tokoh pengusaha rokok di Kudus yang terpampang di Museum Kretek, Kudus, gambar tokoh yang satu ini sangat mencolok. Sekian banyak bukti peninggalan kejayaan usaha rokoknya pun tertata rapi di salah satu sudut museum satu-satunya di dunia itu. Nama tokoh tersebut adalah Nitisemito, yang kini namanya diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kota Kudus.

Perjalanan seorang buta huruf yang sangat sukses di zamannya kala itu, Nitisemito memulainya dengan kegagalan demi kegagalan. Tercatat, putra pasangan Sulaiman, seorang Kepala Desa Jagalan, Kecamatan Kota, dan Markanah ini, pernah menjalankan kewirausahaan di berbagai bidang usaha, namun belum menemukan hasil yang baik. Nitisemito yang lahir pada 1863 dengan nama Roesdi ini, sempat menjadi pengusaha konveksi pada usia 17 tahun. Usaha itu gagal, dan kemudian beralih usaha lain menjadi penjual minyak kelapa, berjualan kerbau, hingga menjadi kusir dokar.

Pada saat menjadi kusir dokar tersebut, Nitisemito juga nyambi berjualan tembakau. Di sinilah awal Nitisemito merambah dunia usaha pembuatan rokok kretek. Dia menikahi seorang penjual rokok kretek, Nasilah, yang sebelumnya menjadi pembuat rokok kretek. Bersama istrinya itulah, dia mengembangkan usaha rokok kretek tersebut, yang kemudian menjadi industri yang sangat besar, hingga mempunyai 10 ribu karyawan.

Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Museum Kretek, Suyanto, rokok kretek berdasarkan catatan sejarah, ditemukan oleh Jamhari. Pada mulanya Jamhari meramu tembakau dan cengkeh untuk dijadikan obat, dengan menghisap asap racikan tersebut yang dilinting (dibungkus) dengan klobot (kulit jagung). Temuan tersebut, diperkirakan terjadi sekitar tahun 1890 an. 

"Sekitar 1906, temuan tersebut kemudian sangat populer di masyarakat Kudus sebagai obat untuk penyakit sesak dan gangguan tenggorokan. Popularistas rokok kretek kemudian dikembangkan oleh masyarakat Kudus, salah satunya Nitisemito," tutur Suyanto, saat di temui di ruang kerjanya, di Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, baru-baru ini.

Suyanto menambahkan, setelah memulai usahanya tersebut, Nitisemito kemudian mendaftarkan merek rokok buatannya dengan nama Bal Tiga pada tahun 1908. Saat itu, rokok Bal Tiga sangat popular, tidak hanya di Kudus, namun juga daerah-daerah lain di Pulau Jawa. Selain itu, pada tahun-tahun berikutnya, dia juga melebarkan sayap penjualan rokok Bal Tiga ke luar Pulau Jawa, bahkan hingga ke Singapura.


Sosok yang Jenius

Suyanto menceritakan, Nitisemito adalah sosok yang sangat jenius, meski dia seorang yang buta huruf. Intuisi bisnisnya sangat kuat, hal itu terlihat pada manajemen pengembangan rokok kretek yang dijalankannya. Dia menerapkan administrasi dan marketing modern, yang tidak dilakukan oleh pengusaha lain, pada saat itu.

"Bahkan, dia penah menyewa pesawat foker untuk mempromosikan rokoknya tersebut, dengan harga sewa, 200 gulden. Pesawat itu dibuat untuk menyebarkan pamflet produk rokoknya, di daerah sekitar Jawa Barat dan Jakarta. Menurut saya, ia adalah sosok yang jenius, karena media promosi tersebut dilakukan pada masa yang serba terbatas," kata Suyanto. 

Tidak hanya itu, Nitisemito juga aktif mengikusti pameran-pameran niaga diberbagai daerah. Dalam pameran tersebut, Nitisemito memberikan hadiah, yang diundi bagi siapa saja yang membeli rokok Bal Tiga. Hadiah yang ditawarkan tidak tanggung-tanggung, dia rela menyediakan sepeda, yang pada saat itu tergolong kendaraan yang mewah. Untuk mendistribusikan produk rokok Bal Tiga ke daerah-daerah lain di Pulau Jawa, Nitisemito menyediakan beberapa armada mobil untuk membawa puluhan bal (kemasan besar) ke beberapa agen. 

Karena keberhasilannya itu, Nitisemito kemudian sangat terkenal sebagai pengusaha pribumi yang sangat sukses. Bahkan, diceritakan, sebelum menjadi presiden pertama, Sukarno sering menemui Nitisemito, pada masa-masa perjuangan kemerdekaan. (Mase Adi Wibowo)

Artikel terkait:
Perusahaannya Runtuh Karena Perselisihan Genarasi
Istananya Kini Tak Terawat