SEPUTAR KUDUS - Sejumlah anak mengikuti Festival Layang-layang di Desa Rejosari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Festival itu dibuat untuk mengisi liburan sekolah. |
Layang-layang Sowangan dibuat dengan menggunakan kertas minyak, berrangka bambu, dan dibuat dengan bermacam bentuk, diantaranya burung, ikan dan segi lima. Yang sangat membedakan dengan yang lain, Sowangan mempunyai sebuah alat berbentuk busur panah yang dilengkungkan dengan sebuah pita, bisa pita kaset atau lainnya. Dengan busur itu layang-layang yang terbang bisa mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring terdengar sampai bawah dikarenakan getaran pita yang diakibatkan oleh gesekan pita dengan angin. Bunyi nyaring tersebut seperti suara kumbang, mungkin karena itulah layang-layang tersebut disebut Sowangan.
Festival tersebut diikuti belasan anak mulai dari tingkat Sekolah Dasar, hingga Sekolah Menengah Atas. Menurut Penyenggara, Iwhan Miftahudin (28) saat ditemui beberapa hari yang lalu di acara tersebut, ini digelar untuk menumbuhkan kolektifitas anak kampung setempat dan nguri-nguri budaya dolanan yang semakin tergerus.
"Anak-anak sangat antusias dengan acara yang digelar, mereka memotong bambunya sendiri di kebun, merautnya, hingga melapisinya dengan kertas minyak dengan berbagai bentuk yang mereka sukai," paparnya.
Iwhan menambahkan saat liburan ini kebetulan musim kemarau, dimana hujan jarang turun dan angin bagus untuk menerbangkan layang-layang. Dalam festival yang baru diselenggarakan untuk pertama kalinya ini, Iwhan mengatakan acara tidak membutuhkan banyak biaya, karena bahan yang dipergunakan bisa diperoleh dari lingkungan sekitar.
"Anak-anak hanya mengeluarkan recehan untuk membeli kertas minyak dan benang untuk mengulur layangan," katanya.
Untuk menerbangkannya mereka memanfaatkan kebun tebu milik warga yang telah kosong karena dipanen. Saat festival digelar terlihat wajah-wajah ceria anak-anak yang begitu bersemangat untuk menjalankan instruksi dari Iwhan. Mereka dibagi dalam dua kelompok dan mengikuti prosedur serta langkah yang telah ditetapkan dalam pembuatan layang-layang oleh penyelenggara, pasalnya kebanyakan peserta banyak yang kurang paham tentang pembuatannya.
"Membuat layang-layang, terutama sowangan dibutuhkan keahlian dan kesabaran. Jika tidak diberi prosedur dan pendampingan kami khawatir layang-layang yang mereka buat tidak bisa terbang nanti," tuturnya.
Sementara salah satu peserta, Ibnu Choirun Ni'am (15) mengaku sangat senang dengan acara yang digelar. Menurut siswa MTs Negeri 1 Kudus tersebut dapat melepaskan semua beban setelah mengikuti Ujian Nasional.
"Saya sangat senang karena bisa bermain rame-rame dengan teman sekampung, karena aktivitas sekolah saya jarang berkumpul dan bermain dengan teman-teman," katanya.
Saat diterbangkan banyak layang-layang peserta yang tidak dapat terbang dengan sempurna meski angin siang itu sangat bagus, hal itu dikarenakan beberapa layang-layang tidak seimbang dalam saat dibuat. Beberapa yang lain dapat meluncur ke udara dengan mulus, namun beberapa juga ada yang menyangkut pohon di sekitar kebun. Warga sekitar terlihat banyak yang datang untuk menyaksikan dan juga memberi semangat kepada peserta. (Suwoko)