Latest News

Komunitas Gembel Necis Kudus, Tak Sekedar Penggemar Vespa

Sejumlah anggota komunitas Gembel Necis Kudus saat singgah di Pekalongan tahun 2011. 

KUDUS-Dilihat dari namanya, Gembel Necis mungkin terjadi kontra antara kata satu dengan lainnya. Karena kata gemebel sering identik dengan pakaian kumal, kumuh dan jarang mandi, namun komunitas penggemar vespa di Kudus ini menggabungkan kedua kata tersebut untuk menciptakan imej yang berbeda dari banyak anggapan masyarakat bahwa penggemar vespa sering terlihat kumuh atau tak necis.

Komunitas yang beranggotakan lebih dari 200 penggemar vespa ini awalnya sekumpulan pemilik vespa yang sering nongkrong bareng di pinggir-pinggir jalan di Kudus sejak tahun 2000, banyak yang menganggap mereka sebagai gembel karena sering nongkrong tak jelas dan berpakaian ala gembel yang apa adanya. Namun semenjak tahun 2003 silam mereka mengkonsolidasi diri untuk menyatakan bahwa mereka mampu berbuat lebih untuk masyarakat.

Salah satu anggota aktif Gembel Necis, Agus Wahyu (25) mengungkapkan komunitasnya tersebut tidak sekedar penggemar vespa yang hanya bisa kumpul bersama, namun dengan latar belakang kegemaran yang sama akan kendaraan scooter asal Italy tersebut mereka menjalin kekeluargaan satu sama lain dan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat. 

"Kami bukanlah club motor, namun kami komunitas yang berkumpul bersama untuk menjalin kekeluargaan, dengan ini juga kami berbuat sesuatu untuk anggota keluarga kami di komunitas dan masyarakat" tutur Agus (21/7/2011) kemarin.

Kata necis sendiri menurut pria berambut gondrong tersebut bukan untuk membuat imej eksklusif atau sok berlagak seperti bangsawan atau priyayi, namun kata necis dipilih untuk menegaskan kepada masyarakat tentang sikap anti kemapanan, yang berarti kepedulian terhadap sesama harus tetap dijaga meski hidup dalam serba kecukupan. Kata Necis sendiri juga dimaksudkan agar komunitas tersebut tidak dipandang sebelah mata, karena setiap orang berhak untuk memilih identitasnya sendiri sebagai ekspresi dalam kehidupan. 

"Pakaian, harta benda bukanlah tolok ukur dari kualitas manusia, namun hati yang merasa bahwa sesama manusia satu saudara adalah yang terpenting" tuturnya. Ia menambahkan untuk bisa menjadi anggota Gembel Necis tidak tertutup, semua kalangan bisa bergabung ke komunitas tersebut. Tua, muda, miskin, kaya, berpendidikan atau tidak semuanya boleh masuk menjadi anggota, dan di komunitas tersebut tidak ada struktur formal, karena semua mempunyai hak yang sama.

Hal positif yang pernah dilakukaan Gembel Necil salah satunya adalah kegiatan Food is not Booms (FnB), dalam kegiatan itu menurut Agus seluruh anggota komunitas berkumpul untuk membagi-bagikan nasi bungkus secara cuma-cuma kepada anak jalanan, tukang becak dan pengemis di berbagai titik keramaian yang sering dijumpai. Mereka tidak sekedar membagikan nasi bungkus, dalam kegiatan tersebut juga dibagikan slebaran atau poster yang berisi tulisan tentang kemandirian, serta kritik terhadap masyarakat dan pemerintah bahwa makanan adalah hak setiap manusia yang terlahir, dari tumbuhan makanan tersebut dibuat, dan tumbuhan bukanlah monopoli satu orang atau golongan tertentu.

"Sikap anti kemapanan yang kami bangun tidak terbatas pada slogan atau jargon semata, dalam komunitas kami saling bertukar pengalaman dan pengetahuan untuk melangkah maju, baik dalam hal ekonomi maupun ilmu pengetahuan" papar Agus. 

Ia menambahkan untuk meningkatkan taraf perekonomian anggota, Gembel Necis sering membuat pelatihan-pelatihan ekonomi, di antaranya pelatihan sablon, pembuatan kaos, pelatihan tentang reparasi vespa, dan modifikasinya. Dari pelatihan tersebut diharapkan tercipta jiwa kemandirian komunitas, karena dari skill yang diberikan anggota dapat berkreasi dan mendatangkan income. "Saat ada event vespa di luar kota kami sering membawa hasil karya anggota untuk dijual, baik kaos, merchandise, atau sparepart buatan. Dari hasil tersebut kadang ada yang secara suka rela untuk dibuat mendanai kegiatan-kegiatan sosial" katanya.

Salah satu anggota lain, Agus Purnomo (29) menceritakan komunitas vespa memang tidak dapat dipisahkan dengan toor. Gembel Necis sendiri pernal keliling ke berbagai daerah di Indonesia untuk dapat melihat keindahan negeri. 

"Kami pernah melakukan toor ke Aceh di tahun 2004, NTT, Bali, dan pulau Jawa hampir semuanya pernah kami kunjungi" katanya. Tooring bagi Gembel Necis tidak sekedar untuk jalan-jalan, namun dari kegiatan tersebut dapat menjalin persaudaraan dan komunikasi antar penggemar vespa di seluruh Indonesia.

"Dari tooring tersebut kami juga bisa bertukar pengalaman dan pengetahuan tentang segala hal, dengan itu kami dapat melihat bahwa Indonesia sangatlah luas, kaya dan unik. Kami sangat bangga menjadi bagian dari negeri ini dan berharap semua rakyat di dalamnya dapat memperoleh kemakmuran dan keadilan" pungkasnya. (Suwoko)