Permainan ini tidak berbeda dengan permainan ular tangga yang selama ini ada. Namun, para siswa di SMP yang beralamat di di Jalan Yos Sudarso, Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus itu, menambah kotak-kotak ular tangga dengan tulisan anti korupsi. Salah satu siswi yang ikut dalam permainan, Maria Teresa Yunita mengatakan, tulisan tersebut mereka sendiri yang menambahkannya.
"Untuk tangga yang naik ke angka yang lebih tinggi, kami memberikan tulisan tentang hal-hal yang positif. Seperti contoh, di kotak bawah, kami memberikan tulisan rajin, siapa yang berhasil naik tangga, di kotak atas, kami memberikan tulisan pandai," ujar Maria, saat ditemui di sela-sela permainan.
Sedangkan untuk ular sebagai tanda turun ke angka lebih rendah, tambah Maria, para siswa memberikan tulisan tentang hal-hal negatif. Seperti, di kotak atas, diberikan tulisan mencontek, di kotak bawah sebagaimana ditunjukkan tanda ular, diberikan tulisan bodoh.
Pagi itu, puluhan siswa terlihat asyik menikmati permainan yang telah ada sejak lama itu. Saking asyiknya, mereka bersorak ketika salah satu pemain gagal melewati kotak yang terdapat tanda ular. Setiap ular tangga yang mereka gunakan, mereka buat sendiri sesuai dengan kreativitas dan imajinasi mereka, namun tetap dibubuhi unsur pendidikan anti korupsi.
Salah satu siswa lain, Reiner Arivisian Wiryawan mengaku sangat senang dengan permainan tersebut. Selain dapat bermain bersama kawan-kawannya, permainan ular tangga itu, dapat memberikan pelajaran berharga yang akan memberi kesan positif, sebagai bekal kelak di kemudian hari.
"Untuk mengisi liburan, kami tidak usah jauh-jauh ke luar kota, cukup ke sekolahan, dan bermain ular tangga anti korupsi ini bersama dengan teman-teman. Selain rame dan mengasyikkan, permainan ini memberi pelajaran yang positif," ujar siswa kelas VIII itu.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Keluarga, Basuki Sugitha mengatakan, permainan tersebut merupakan implementasi dari pelajaran anti korupsi yang selama ini diberikan. Permainan tersebut diikuti oleh kelas VIII dan IX. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok, dan diberikan tugas untuk membuat ular tangga itu, sesuai dengan keinginan siswa, namun harus tetap diberikan unsur pendidikan anti korupsi.
Selain membuat inovasi permainan ular tangga itu, sekolahan dibawah yayasan Kanisius tersebut juga sering menyelenggarakan event-event yang berkaitan dengan pendidikan anti korupsi. Di antaranya, menyelenggarakan lomba membuat poster anti korupsi, membuat inovasi permainan gobak sodor mengejar Nazarudin, dan lainnya.
"Selain itu, di sekolah kami juga terdapat kantin kejujuran. Di kantin tersebut, para siswa mengambil barang sendiri, dan meninggalkan uang sesuai dengan daftar harga yang sudah kami tempel di kantin tersebut," imbuh Basuki. (Suwoko)