Latest News

Melihat Sentra Sangkar Burung Dukuh Wungu

Seorang perajin sangkar burung di Dukuh Wungu
tengah merakit sangkar burung beberapa waktu  lalu
JATI-Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, telah lama dikenal masyarakat Kudus sebagai sentra kerajinan berbahan bambu. Namun, Di salah satu pedukuhan di Megawon, yakni Dukuh Wungu, telah lama dikenal sebagai sentra kerajinan sangkar burung. Di sana, terdapat puluhan perajin yang dapat menghasilkan ribuan sangkar burung tiap bulannya.

Seorang perajin di Dukuh Wungu, Noor Fais (23), mengaku telah menjalani usahanya tersebut sejak tiga tahun yang lalu. Awalnya, dia bekerja sebagai perakit sangkar burung milik tetangganya. Kini, Fais memiliki sepuluh karyawan. Setiap hari dirinya mampu memproduksi sangkar burung sebanyak 70 sangkar, dengan berbagai macam bentuk dan motif.

"Bentuk dan motif yang kami buat, mengikuti perkembangan pasar yang ada. Kami mendesain sendiri bentuk dan motif sangkar burung yang kami buat. Namun, terkadang juga meniru bentuk lain yang ada di pasaran. kami merubah sedikit di beberapa itemnya," ujar Fais, saat ditemui di tempat kerjanya, Dukuh Wungu, Desa Megawon RT 1 RW 1, Kecamatan Jati, beberapa waktu lalu.

Setiap sangkar yang diproduksi, Fais menjualnya dengan harga bervarisasi. Untuk sangkar burung dengan ukuran yang besar, dan bermotif rumit, dia membanderol harga hingga Rp 110 ribu per-buah. Sedangkan untuk ukuran yang lebih kecil, dengan motif yang tidak terlalu rumit, Fais menjualnya seharga Rp 35 ribu.
Pasar yang menjadi jajahan sangkar burung buatan Fais, adalah pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Di Jawa, Fais hanya menjual sangkar burung yang ia produksi, hanya di Kudus saja, yakni di Pasar Johar.

"Awalnya, banyak para pembeli dari luar yang datang ke tempat ini. Namun, dari mulut ke mulut, akhirnya banyak masyarakat di luar pulau Jawa yang memesan sangkar burung buatan kami," ujar Fais.

Sementara itu, perajin lain di Dukuh Wungu, Sukar (37) mengatakan, usaha pembuatan sangkar burung yang ia geluti belasan tahun itu, ia kerjakan hanya bersama anggota keluarga di rumahnya. Ia dibantu istri, anak, dan sepupunya. Usahanya itu, merupakan warisan dari orang tuanya, yang sejak puluhan tahun silam telah menggeluti kerajinan dari bambu tersebut.

Untuk mendapatkan bahan, Sukar mendapatkan bambu dari luar kota, yakni dari Magelang. Sedangkan kayu jati yang ia pakai, didapat dari Jepara. Setiap hari, Sukar bersama anggota keluarganya, dapat memproduksi sekitar 10 buah per-hari. Harga yang ditawarkan, relatif lebih murah. Yakni berkisar antara Rp 25 ribu, hingga Rp 35 ribu per buah.

"Kami hanya menjual sangkar burung yang kami buat, di Pasar Johar saja. Karena, usaha yang kami geluti ini masih terbilang kecil dibandingkan perajin lain. Namun, usaha ini, cukup untuk menghidupi keluarga, dan menyekolahkan anak-anak kami," ujar Sukar, saat ditemui di rumah, sekaligus tempat kerjanya, di Dukuh Wungu, Desa megawon, RT 2 RW 1.

Sukar mengatakan, di Dukuh Wungu, satu kampung hampir semuanya bekerja sebagai perajin sangkar burung. Ada yang menjadi pengusahanya, dan lebih banyak menjadi buruh perajinnya. Sejak lama, Dukuh Wungu sangat dikenal sebagai sentra perajin sangkar burung. (suwoko)