Teater di bawah naungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muria Kudus (UMK) ini, menegaskan keduanya dalam nama teater mereka. Menurut Ketua di salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Fakultas terfavorit ini, Yulian Atmaja (21) mengungkapkan, nama Tiga Koma dipilih agar anggota teater tidak hanya sibuk berkegiatan saja, namun juga berprestasi dalam akademis.
"Tiga Koma adalah Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang diidam-idamkan semua mahasiswa untuk menunjukkan kemampuan akademis dalam perkuliahan. Kami yang suka berteater dengan segudang kegiatan latihan dan pentas, tidak ingin memiliki IPK dibawah itu," tutur Yulian, saat ditemui di UMK, beberapa waktu lalu.
Yulian yang juga sering dipanggil Penceng, menceritakan, Teater Tiga Koma berdiri sejak tahun 2007 yang lalu. Sekitar Empat tahun bergelut dengan naskah dan pementasan, hingga saat ini mayoritas anggota ber-IPK 3 ke atas. Meski sebagian kecil di antaranya ada yang di bawah 3. "Untuk bergabung di UKM ini, tidak harus mempunyai IPK 3 ke atas, nama Tiga Koma hanya menjadi komitmen kami untuk tidak mengesampingkan prestasi akademis," tuturnya.
Sejauh ini, kelompok teater yang punya divisi puisi dan penulisan sastra, telah mementaskan empat naskah dengan mengangkat tema pendidikan. Pentas pertama mengangkat naskah berjudul Anak-Anak Buku-Buku dan Satu Televisi, karya Agus Kriwil, mahasiswa FKIP, yang juga menjadi pelatih di Teater Tiga Koma. Pentas kedua mengangkat naskah berjudul Tembok, karya Hasyim As'ari, mantan Ketua Teater Tiga Koma.
"Di pentas ke tiga, kami membawakan naskah berjudul Lena Tak Pulang, karya Muram Batubara. Sedangkan pentas terakhir kali, membawakan naskah karya salah satu anggota teater, Atik Wulandari, berjudul Boneka Tali" papar mahasiswa semester 6, pada Program Studi Bahasa Inggris itu. Ia menambahkan, selain pementasan yang dilakukan tersebut, pentas regular juga dilakukan setahun sekali, di depan mahasiswa baru pada saat Ospek.
Konsisten dengan Isu Pendidikan
Teater Tiga Koma yang saat ini mempunyai anggota 35 orang itu, konsisten untuk mengangkat tema-tema yang mengangkat isu pendidikan. Hal ini dilakukan, karena disesuaikan dengan fakultas dimana mereka bernaung. Selain itu, tema pendidikan juga masih dianggap mempunyai isu yang seksi untuk terus diangkat.
"Dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih terjadi banyak permasalahan. Seperti isu pendidikan mahal, fasilitas dan infrastruktur sekolah yang minim, dan kalah heboh isu perguruan tinggi, Badan Hukum Perguruan Tinggi (BHP)," tutur salah satu penguruh Teater Tiga Koma, Raden Beny.
Untuk membekali anggota baru dan seluruh anggota, Teater Tiga Koma meyelenggarakan workshop pada devisi pementasan dan penulisan karya sastra. Dalam workshop yang diselenggarakan, pengurus menggandeng tokoh-tokoh teater yang ada di Kudus, dan di luar Kudus. (Suwoko)