Latest News

Tradisi Buka Luwur Makam Sunan Kudus Berlangsung Sejak Ratusan Tahun yang Lampau

KUDUS-Kain penutup makam Sunan Kudus, atau sering disebut luwur, Minggu (27/11) pagi kemarin, dibuka untuk diganti dengan yang baru. Tradisi itu, sering disebut masyarakat sebagai tradisi Buka Luwur, yang dilakukan setiap satu tahun sekali, pada tanggal 1 Muharam, atau satu Sura. Tradisi ini, bukan saja gawe atau hajat pengurus yayasan saja, namun masyarakat Kudus secara keseluruhan.

Tradisi yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lampau itu, menurut salah satu staf di Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), Deny Nur Hakim, awalnya tidak semeriah seperti sekarang ini. Dulu, Buka Luwur hanya dirayakan masyarakat Desa Kauman, Kecamatan Kota, yang ada di sekitar Masjid Menara saja. Namun, setelah sekitar seratus tahun yang lampau, tradisi ini menjadi hajat oleh seluruh masyarakat Kudus.

"Hal ini tidak terlepas dari rasa memiliki masyarakat Kudus, akan ajaran dan peninggalan Sunan Kudus. Masyarakat ikut bersuka cita dalam tradisi yang menjadi salah satu rangkaian acara haul mbah Sunan ini," kata Deny, saat ditemui di sela-sela persiapan Haul, di Kompleks Masjid Menara Kudus, siang kemarin.

Deny menambahkan, setiap Buka Luwur, masyarakat datang dengan membawa kain dan beras, serta hewan sembelihan. Kain tersebut akan digunakan untuk menggantikan luwur yang telah dilepas. Sedangkan beras dan hewan akan digunakan untuk membuat nasi jangkrik, yang akan dibagikan kepada seluruh masyarakat yang datang, saat haul Sunan Kudus pada 10 Muharam yang akan datang.

"Tidak hanya beras dan kain saja, ada banyak masyarakat yang datang dengan menyumbang sejumlah uang. Uang tersebut akan dipergunakan untuk penyelenggaraan hajatan besar, yang akan diikuti oleh seluruh masyarakat Kudus yang datang. Para penyumbang tidak hanya dari masyarakat yang tinggal di Kudus saja, namun juga masyarakat Kudus yang kini tinggal di luar Kudus," ungkap Deny.

Menurut Deny, total luwur yang telah dilepas kemarin sejumlah 1.678,8 meter. Luwur yang terdapat di kompleks pesarean Sunan Kudus tersebut, ada bermacam-macam bentuk. Ada yang berbentuk kelambu penutup pesarean, wiru, kompol dan kuthuk. Luwur yang telah dilepas, nantinya akan dibagikan kepada mereka yang selama ini membantu pemeliharaan masjid dan makam Sunan Kudus. Kain tersebut, menurut banyak orang dapat mendatangkan keberkahan.

"Untuk total ukuran luwur tahun ini, kami belum bisa menyebutkan. Karena kami menunggu kain yang terkumpul dari sumbangan masyarakat. Jika sudah terkumpun, nantinya akan kami pasang semuanya," ujar Deny.

Pembagian Nasi Jangkrik

Pada rangkaian tradisi ini, akan dipasang dilakukan pemasangan luwur baru di kompleks pesarean Sunan Kudus, yang tepat pada hari diselenggarakannya haul, 10 Muharam, tau tepat pada 6 Desember mendatang. Di hari tersebut juga akan dibagikan nasi jangkrik, sebanyak 27 ribu bungkus, kepada masyarakat yang datang ke makam.

Menurut Deny, nasi jangkrik adalah nasi yang di dalamnya terdapat lauk daging kerbau yang dibungkus dengan daun jati. Nasi tersebut akan dibagikan kepada ribuan masyarakat yang datang," katanya.

Untuk mengantisipasi terjadinya kericuhan pada saat pembagian nasi jangkrik, pihaknya telah membuat mekanisme atau pengaturan. Selain itu, pihaknya juga mengerahkan petugas sejumlah 700 an orang, dalam pembagian nasi jangkrik.

"Tempat pembagian nasi jangkrik akan di pusatkan di sejumlah titik di komplek masjid. Di sebelah barat, kami akan bagikan kepada perempuan, dan sebelah timur untuk laki-laki," ujar Deny.

Menurut Deny, bagi banyak masyarakat di Kudus, nasi tersebut memberikan berkah tersendiri bagi keghidupan mereka. Seperti tradisi Suranan di sejumlah daerah, tradisi Buka Luwur menjadi bagian tak terpisahkan bagi masyarakat di Kudus. (Suwoko)