Latest News

Nasi Jangkrik Simbol Kesejahteraan di Haul Sunan Kudus

KUDUS-Nasi yang dibagikan pada saat prosesi buka Luwur, atau sering disebut masyarakat Kudus sebagai nasi jangkrik, kemarin dibagikan kepada ribuan masyarakat. Panitia prosesi buka Luwur, Selasa (6/12) pagi kemarin, membagikan sekitar puluhan ribu bungkus nasi jangkrik. Nasi itu, dipercaya masyarakat sebagai simbol kesejahteraan.

Menurut Ketua Yayasan Masjid, Makam dan Menara Kudus (YM3SK), Najib Hasan, tradisi buka Luwur dengan membagi-bagikan nasi jangkrik tersebut sudah berlangsung ratusan tahun silam. Disimbolkan sebagai kesejahteraan masyarakat, menurut Najib, nasi disimbolkan sebagai pangan, dan daun jati yang digunakan sebagai pembungkus nasi, disimbolkan sebagai sandang.

"Simbolisasi ini merupakan kepercayaan masyarakat Kudus dan sekitarnya, yang sudah berlangsung sejak dulu. Jika nasi yang dibagikan cukup untuk dibagikan kepada masyarakat yang datang, dipercaya, dalam setahun kedepan, masyarakat tidak akan kekurangan bahan makanan. Dan, jika daun pembungkus jati pun cukup untuk dibuat pembungkus nasi, hal itu dipercaya, dalam satu tahun ke depan, masyarakat tidak akan kekurangan sandang atau pakaian," kata Najib, saat ditemui usai prosesi kemarin.

Disebut nasi jangkrik, menurut Najib, nasi tersebut dibumbui dengan garam dan asam jawa, dan disajikan tanpa kuah, agar nasi tidak cepat basi. Masyarakat Kudus, lazim menyebut masakan seperti itu dengan nama nasi jangkrik. Sebagaimana tradisi masyarakat Kudus yang tidak menyembelih sapi, lauk nasi jangkrik disuguhkan dengan daging kerbau dan kambing.

Kerja Kolosal

Najib menjelaskan, pada tahun 2011 ini, pihaknya membagikan sebanyak 25 ribu lebih nasi jangkrik. Untuk membuat nasi tersebut, panitia menghabiskan 6,53 ton beras, 10 ekor kerbau, 81 ekor kambing. Proses mamasak, dilakukan empat angkatan. Masing-masing angkatan sebanyak beras yang dimasak 1.440 kilogram dan angkatan terakhir sebanyak 560 kg. Tiap angkatan melibatkan 16 buah dandhang yang masing-masing berkapasitas 80 kilogram hingga 100 kilogram  beras.

"Pada proses memasak naasi dan lauk saja, dapat dikatakan bahwa prosesi buka ini sebuah “kerja kolosal” dengan melibatkan orang dalam jumlah massal. Karena Mulai dari pencuci, penanak nasi, pengatur tungku api, pengangkat nasi, ngipasi nasi panas, sampai dengan para pembungkus nasi, dibutuhkan sekitar seribu orang," kata Najib.

Sementara itu, Pembagian nasi kemarin dimulai sejak pukul 05.30 pagi, hingga pukul sebelum waktu sholat Dzuhur. Tempat pembagian antara perempuan dan laki-laki ditempatkan terpisah. Untuk laki-laki di sebelah timur gedung yayasan yang berjarak sekitar 30 meter dari Masjid Menara, dan untuk perempuan ditempatkan di sebelah barat gedung.

Kericuhan mewarnai pembagian nasi jangkrik tersebut. Di rute yang dilalui perempuan dan laki-laki, desak-desakan tak terelakkan. Bahkan, beberapa orang menyerobot antrean, karena tidak sabar untuk segera mendapatkan nasi jangkrik. Selain orang dewasa, tampak juga anak-anak yang ikut mengantre untuk mendapatkan nasi.

Masyarakat yang datang untuk mendapatkan nasi, tidak hanya datang dari Kudus saja, namun juga beberapa daerah di sekitar kudus, di antaranya Jepara, Pati, Grobogan dan Demak. Salah satu pengantre asal Demak, Nurhayati (40) mengatakan, dirinya rela mengantre sekitar dua jam, untuk mendapat nasi yang dipercaya dapat mendatangkan keberkahan.

"Saya sudah datang ke sini sejak sebelum subuh. Saya ingin mendapatkan nasi jangkrik karena dapat mendatangkan keberkahan. Jika memakan nasi ini, kita akan terhindar dari sakit. Dan jika sisa nasi disebar di sawah, maka akan mendatangkan kesuburan," kata Nurhayati, kemarin.

Untuk melakukan pembagian nasi, panitia menerjunkan petugas keamanan dengan dibantu oleh pihak kepolisian dan anggota TNI. Selain itu, panitia juga menyediakan posko kesehatan, sebagai antisipasi jatuhnya korban. (Suwoko)

Gambar lainnya:

*Boleh mengambil foto dan tulisan, asal mencantunkan tautan dan kredit www.seputarkudus.blogspot.com