Latest News

Tiga Gua Eksotis Desa Wonosoco Kabupaten Kudus

SEPUTAR KUDUS - Sejumlah wisatawan mengunjungi gua di Wonosoco.
KUDUS-Masyarakat Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, kini mempunyai tiga gua baru yang ditemukan di atas bukit, Pegunungan Kendeng. Gua tersebut ditemukan para pemburu landak desa setempat, 18 Juli 2011 yang lalu. Dengan tiga gua itu, semakin menambah kekayaan desa yang telah dicanangkan sebagai Desa Wisata di Kabupaten Kudus, tahun 2009, tersebut.

Desa Wonosoco yang secara geografis terletak di ujung selatan Kabupaten Kudus, berjarak sekitar 23 kilometer dari pusat pemerintahan. Dengan potensi alam yang dimilikinya, Desa Wonosoco menjadi tujuan masyarakat untuk berwisata. Sebelum ditemukannya tiga gua tersebut, Wonosoco telah memiliki Sendang Dewot, Wayang Klitik dan taman hutan jati yang menjadi kekayaan desa.

Menurut Kepala Desa Wonosoco, Sudarmin, gua ditemukan oleh sejumlah orang pemburu landak asal Desa Wonosoco. Mereka secara tidak sengaja menemukan gua karena mengejar landak buruannya yang masuk ke dalam lorong. "Setelah lorong tersebut dibuka para pemburu, ternyata lorong tersebut adalah sebua gua. Saat itu juga mereka melapor kepada saya," kata Sudarmin, saat ditemui di Gazebo Desa, Selasa (20/9) kemarin.

Dengan penuh semangat, Sudarmin menceritakan kondisi tiga gua yang ditemukan. Kemudian ia menunjukkan lokasi gua. Untuk ke lokasi gua, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 1 kilometer lebih dari Balai Desa Wonosoco. Kondisi jalan menuju ke lokasi gua belum beraspal, hanya berupa tanah berbatu, namun jalan tersebut dapat dilalui sepeda motor, bahkan mobil. Kondisi jalan sedikit landai, karena lokasi gua terletak di perbukitan. Sepanjang jalan, pengunjung dapat menikmati keindahan hutan jati dan pegunangan yang rindang.

Gua yang ditemukan berada di tiga tempat yang berbeda, namun berjarak relatif dekat satu dengan yang lain. Setelah dirembug dengan sesepuh desa, sudarmin mengatakan,  tiga gua tersebut akhirnya dinamakan, Gua Batu Canti, Gua Keraton dan Gua Surodipo. "Dinamakan Gua Batu Cantik, karena di dalam gua terdapat banyak bebatuan kapur yang terlihat sangat cantik. Gua kedua dinamakan Gua Keraton, karena di dalam gua terdapat susunan stataktit dan stalakmit yang menyerupai taman sebuah Keraton. Gua terakhir dinamakan Gua Surodipo karena berdekatan dengan Punden Mbah Surodipo," tutur Sudarmin menjelaskan. 

Sudarmin menambahkan, di Gua Keraton terdapat bebatuan kapur yang menyerupai Naga. Di sana juga terdapat sumur sedalam 14 meter yang mengeluarkan air jernih. Air tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Untuk pengelolaan gua, Pemerintah Desa Wonosoco telah membentuk paguyuban yang di dalamnya terdapat 55 orang. Mereka bertugas untuk berjaga, dan mendata pengunjung yang datang. Setiap hari secara bergiliran, mereka datang ke gua untuk mendata pengunjung yang datang, selain itu juga menemani setiap pengunjung atau menjadi tour gaet. Bagi pengunjung yang datang, pengelola telah menyiapkan senter sebagai penerangan di dalam gua.

"Hingga saat ini, ada ribuan pengunjung yang telah datang dan melihat ke tiga gua. Pengunjung yang datan, selain untuk melihat keindahan gua, juga mengambil air di Gua Keraton untuk penyembuhan penyakit," kata Sudarmin. Menurut data yang dihimpun, pengunjung yang datang tidak hany dari Kudus, namun dari Jepara, Pati, Demak, Grobokan, bahkan dari Semarang, Jakarta dan Surabaya.

Sudarmin berharap, Pemerintah Kabupaten Kudus dapat membantu pengelolaan dan perawatan gua. Sarana jalan menuju lokasi gua menurutnya perlu diperbaiki, pengadaan tempat sampah dan perlengkapan lain juga sangat dibutuhkan. Selain itu, media sosialisasi wisata juga diharapkan dapat disediakan oleh Pemerintah Kabupaten. 

Salah satu pengunjung asal Semarang, Fauzan (24) mengaku terpukau dengan keindahan stalakmit dan stalaktit di dalam gua. Menurutnya, ke tida gua memiliki keindahan yang sama meski memiliki karakteristik yang berbeda. "Selain indah, ketiga gua ini tidak berbau seperti gua lain yang pernah saya kunjungi," kata Fauzan. Ia menambahkan, pengelola harus mewaspadai tangan-tangan pengunjung yang jahil, dengan mencorat-coret gua, serta merusak stalakmit dan stalaktit. (Mase Adi Wibowo)