SEPUTARKUDUS.COM, JEPANG
– Sumurnya berdiameter sekitar 90 sentimeter. Letaknya di tempat wudlu
perempuan Masjid Al-Makmur Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Dari
luar sumur tersebut tampak biasa. Bagian mulut sumur sudah dibangun dengan
semen. Namun sumur tersebut memiliki sejarah panjang, dan selama ini air sumurnya digunakan untuk tradisi Rebu Wekasan.
Menurut Aziz Fatkhur Rohman, Takmir Masjid Wali Jepang, setiap menjelang tradisi Rebo
Wekasan volume air di sumur tersebut naik. Dia memberitahukan, air yang disebut
banyu salamun (air salamun) berasal
dari sumur tersebut.
“Setiap ada tradisi Rebo Wekasan, airnya diambilkan dari
sumur Masjid Al-Makmur. Air tersebut dikenal dengan banyu salamun (air salamun),” ungkapnya kepada Seputarkudus.com saat ditemui di Masjid
Al-Makmur belum lama ini.
Fatkhur menuturkan, Rebo Wekasan
ialah tradisi berdoa meminta keselamatan di hari Rabu terakhir bulan Safar
dengan perantara Air Salamun. Tradisi ini menurutnya sudah setiap tahun
diselenggarakan. “Tradisi ini sudah menjadi tradisi masyarakat Kudus, terutama
di daerah Jepang,” terangnya.
Menurut ceritanya, yang mengawali tradisi Rebo Wekasan di
Jepang yakni Saayid Ndoro Ali Al-Idrus. Dia merupakan sesepuh desa dan menamai
Masjid Wali Jepang dengan nama Al-Makmur. “Masjid Al-Makmur dulu dibangun Aryo
Penangsang dan Sunan Kudus. Tahun 1917 masjid tersebut direnovasi oleh Sayid Ndoro
Ali Al-Idrus,” ungkapnya.
Dia menuturkan, ketika masa Sayid Ndoro Ali Al-Idrus,
tradisi rebo wekasan hanya berdoa setelah solat mahrib. Lalu mengambil air dari
sumur masjid. “Airnya bisa diminum, dibuat mandi atau dibawa pulang,”
ungkapnya.
Air yang digunakan namanya Air Salamun. Menurutnya, Air Salamun bermakna air pelantara keselamatan. “Air tersebut hanya perantara. Tetap
kita berdoa kepada Allah untuk meminta keselamatan,” tambahnya.
Dalam perkembangannya, tradisi Rebo Wekasan di Masjid
Al-Makmur ditambah Tahtimaan Bil Ghoib dan Binnadhor. Teknisnya, hari Ahad Tahtimahan Bil Ghoib dan seninnya Tahtimahan Binnadhor. “Nanti ada air ditaruh ember besar dekat orang Tahtimahan,” tuturnya.
Fatkhur melanjutkan, hari selasa, wadah besar yang berisi
air, lalu diberi rajah oleh nadzir. Air tersebut lalu dibagikan
warga. “Malam Rabunya setelah maghrib masyarakat berdatangan ke masjid untuk
meminta Air Salamun yang sudah diberi doa. Masyarakat percaya ada berkah ketika
meminum air salamun,” terangnya.