SEPUTAR KUDUS.COM, WERGU KULON - Di tepi utara Jalan KH Agus
Salim, Kelurahan Wergu Kulon, Kecamatan Kota, tepatnya seberang Pasar Johar Kudus, terlihat sebuah rumah bercat hijau. Di halaman rumah terlihat kandang besi
bersusun yang dalamnya berisi belasan ayam yang dari paruh, bulu, kaki, serta
kukunya berwarna hitam pekat. Di samping kandang terlihat pria tua dengan
peci putih serta berkumis tebal, sedang menyiapkan makan untuk belasan ayam
tersebut. Pria itu bernama Suhardi (65)
peternak dan penjual ayam cemani.
Pak Kumis sedang menunjukkan ayam cemani yang dibudi dayakan di rumahnya. Foto: Rabu Sipan |
Di sela aktivitasnya tersebut, pria yang lebih dikenal
dengan sebutan Pak Kumis itu sudi berbagi kisah tentang usahanya kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan mulai budi daya ayam cemani dan berjualan sejak tahun 1993. Dia saat itu mengaku tergiur berjualan
ayam cemani karena harganya yang lebih mahal dari ayam pada umumnya.
“Ayam hitam itu harganya lebih mahal dari ayam biasa, karena
ayam tersebut jarang ada di pasar. Satu ekor ayam hitam jantan aku bisa
menjualnya dengan harga Rp 1 juta,” ujar Pak kumis sambil menunjukan ayam
sesuai harga yang dia sebut.
Menurutnya para calon pembeli ayam cemani biasanya jarang
sekali menawar. Apalagi kalau ayam yang pembeli pilih harganya di bawah Rp 1
juta. Dia mengatakan, selain harga Rp 1 juta per ekor, dia juga menyediakan ayam
cemani dengan harga Rp 200 ribu, serta Rp 500 ribu per ekor.
Ayam cemani |
“Meski aku menyediakan ayam cemani seharga Rp 200 ribu
per ekor, namun ayam tersebut kurang diminati pembeli karena masih terlalu
kecil. Biasanya para pembeli lebih memilih ayam dengan harga lebih dari Rp 500 ribu karena menurut mereka ayam hitam dengan harga tersebut baru pantas dibuat
ingkung,” tuturnya.
Pria tua yang sudah dikaruniai empat anak serta delapan cucu
itu mengatakan, para pelangganya tidak hanya datang dari Kudus saja. Melainkan
meliputi daerah tetangga diantaranya, Demak, Pati, Jepara, Purwodadi, Rembang.
Bahkan tak jarang ada orang Surabaya datang untuk membeli ayam hitam miliknya.
Dia mengatakan pada waktu penjual binatang kaki dua belum
pindah dari Pasar Johar Kudus ke pasar hewan di Jati, dia bisa menjual sekitar
25 ekor ayam hitam sebulan. Namun setelah para pedagang hewan pindah dia
mengaku kena dampaknya dan hanya mampu menjual 15 ekor ayam cemani dalam kurun
waktu yang sama.
Meski kini penghasilanya kini menurun, dia mengaku tetap bersyukur. Karena dengan menjual
ayam cemani serta istrinya membuka warung makan kecil-kecilan di rumah, dia mampu
mengantarkan empat anaknya meraih cita-cita mereka dan hidup mandiri bersama
keluarga kecilnya.
“Kini setelah anakku semua menikah dan mempunyai keluarga
sendiri. Bahkan ada yang tinggal dan punya usah di Bali. Aku seperti pengantin
baru, karena hidup berdua menempati rumah bersama istriku,” ujar Pak Kumis
sambil mengalihkan pandangan ke istrinya dan dibalas dengan senyuman sama istri
tercintanya.