SEPUTARKUDUS.COM, WERGU KULON - Seorang pria berkaus lengan
panjang memarkirkan sepeda motor usang di Jalan Johar, Kelurahan
Wergu Kulon, Kecamatan Kota, Kudus, tidak jauh dari Pasar Johar. Di jok motornya terlihat bojok dipenuhi ratusan bungkus garam beryodium. Pria pemilik
motor itu bernama Sahlan (53), pemasok garam beryodium kepada
para pedagang pasar di Kudus.
Sahlan menawarkan garam beryodium di Jalan Johar, Kudus. Foto: Rabu Sipan |
Seusai memarkir motor bututnya itu, Sahlan mengangakat beberapa garam untuk diantar ke pedagang langgananya di Pasar
Johar. Setelah selesai Sahlan Sudi berbagi kisah
tentang penjualan garam beryodium tersebut kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan mulai
berjualan garam beryodium di Kudus
sejak 15 tahun silam.
Selama waktu tersebut, setiap berangkat dia berusaha mengangkut garam sebanyak mungkin. Itu dilakukan agar penghasilan yang didapat bisa maksimal. Namun beberapa kali rangka motor yang dikendarainya patah.
“Meski beberapa kali rangka besi motorku patah aku tidak
pernah kapok untuk memenuhi bojok dengan garam beryodium, untuk aku antar kepada
para pedagang di beberapa pasar di Kudus. Karena jika aku mengurangi jumlah
garam yang aku bawa, penghasilanku juga berkurang,” ujar
Sahlan, beberapa waktu lalu.
Pria yang berasal dari Wedarijaksa, Pati, mengaku selama memasok garam beryodium ke Kudus dirianya sudah empat kali mengganti motor. Menurutnya motor yang dia bawa sekarang paling awet, karena bertahan hingga lima tahun. Meski begitu, motor itu pernah beberapa kali patah rangka. Setiap kali patah, dia langsung membawanya ke bengkel untuk dilas. Keesokan harinya, motor tersebut langsung digunakan lagi tanpa rasa waswas.
Pria yang berasal dari Wedarijaksa, Pati, mengaku selama memasok garam beryodium ke Kudus dirianya sudah empat kali mengganti motor. Menurutnya motor yang dia bawa sekarang paling awet, karena bertahan hingga lima tahun. Meski begitu, motor itu pernah beberapa kali patah rangka. Setiap kali patah, dia langsung membawanya ke bengkel untuk dilas. Keesokan harinya, motor tersebut langsung digunakan lagi tanpa rasa waswas.
Sahlan mengatakan, dengan sepeda motornya itu, dirinya maksimal hanya
mampu mengangkut sekitar tiga kwintal garam beryodium. Garam itu dia beli dari pabrik di Juwana, Pati. Dia mengatakan, sebenarnya
ingin sekali bisa membawa garam lebih banyak agar penghasilanya bertambah.
Bahkan untuk merealisasikan keinginanya tersebut dia pernah membeli motor roda tiga.
“Agar bisa membawa
garam beryodium lebih banyak ke Kudus, aku pernah menggunakan Tosa. Dengan Tosa
aku bisa mengangkut tiga kali lebih banyak garam dari pada menggunakan sepeda
motor. Namun karena aku kurang mahir mengoperasikan kendaraan roda tiga, sering hampir nabrak dan menyerempet kendaraan lain. Akhirnya Tosa
tersebut aku jual kembali,” ujarnya.
Pria yang sudah dikarunai tiga cucu itu mengatakan, menjual
garam beryodium kepada para pelangganya dengan harga Rp 1.500 sebungkus. Harga tersebut untuk
jenis garam batu. Sedangkan garam beryodium jenis bubuk dia jual seharga Rp 7500 per bungkus.
Dia mengaku sudah mempunyai sekitar 70 pelanggan yang merupakan para pedagang
di beberapa pasar di Kudus.
“Dari menjual habis garam beryodium kepada para pelanggan, aku mendapatkan penghasilan sekitar Rp 200 ribu sehari. Dan aku bersyukur dengan memasok garam beryodium ke Kudus kebutuhan keluargaku selalu tercukupi,” ujarnya.
“Dari menjual habis garam beryodium kepada para pelanggan, aku mendapatkan penghasilan sekitar Rp 200 ribu sehari. Dan aku bersyukur dengan memasok garam beryodium ke Kudus kebutuhan keluargaku selalu tercukupi,” ujarnya.