SEPUTARKUDUS.COM, SAMIREJO – Dua perempuan berkulit
coklat terlihat mengulek kacang, gula merah beserta cabai di atas cobek menggunakan ulekan.
Mereka baru sekali mencoba membuat bumbu rujak. Mereka berasal dari Madagaskar, Afrika Selatan, datang ke Kudus dalam progam bahasa bertajuk "Having Fun With English" di MTs Ibtidaul
Falah, Desa Samirejo, Kecamatan Dawe, Kudus.
Sahutan tawa dari peserta kegiatan terdengar ketika satu di antara mahasiswa asing tersebut menghaluskan bumbu rujak hanya dengan memukulkan bahan bumbu. Wanita bernama Mendrika Randrianaivo (16) tersebut mengaku baru sekali melihat rujak dan proses pembuatannya.
Menurutnya, cara membuat rujak prosesnya cukup sulit namun jika dipelajari dengan serius akan menjadi mudah. “Baru pertama kali melihat proses pembuatan rujak. Jadi ya sebisanya,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com menggunakan Bahasa Inggris usai kegiatan.
Dua mahasiswa asal Madagaskar, Afrika Selatan, sedang mencoba membuat bumbu rujak di MTs Ibtidaul Falah, Kudus. Foto: Imam Arwindra |
Sahutan tawa dari peserta kegiatan terdengar ketika satu di antara mahasiswa asing tersebut menghaluskan bumbu rujak hanya dengan memukulkan bahan bumbu. Wanita bernama Mendrika Randrianaivo (16) tersebut mengaku baru sekali melihat rujak dan proses pembuatannya.
Menurutnya, cara membuat rujak prosesnya cukup sulit namun jika dipelajari dengan serius akan menjadi mudah. “Baru pertama kali melihat proses pembuatan rujak. Jadi ya sebisanya,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com menggunakan Bahasa Inggris usai kegiatan.
Sejumlah siswi yang sebelumnya tampil mempraktikkan cara
membuat rujak mengajari dua perempuan asing tersebut cara mengulek bumbu
yang benar. Saat siswi berkerudung hitam selesai, tiba-tiba teman Mendrika, yakni Cynthioumi Cynthia (17) mengambil
ulekan untuk mencoba menghaluskan bumbu di atas cobek. Siswa yang hadir
terlihat bersorak gembira diiringi tepuk tangan saat melihat cara mengulek yang
benar. “Lah itu baru benar,” cetus Roudhotul Jannah siswi MTs Ibtidaul Falah.
Cynthia, sapaan akrab Cynthioumi
Cynthia mengungkapkan, dia senang bisa melihat kebudayaan dan tradisi
masyarakat Kudus melalui penampilan dari siswa MTs Ibtidaul Falah. Menurutnya,
pakaian adat, makanan dan bangunan yang ada di Kudus sangat indah, begitu juga
dengan masyarakatnya yang ramah. Menurutnya, makanan Indonesia yang disukainya
yakni nasi goreng dan capcai.
“Jika sate kerbau dan soto kerbau, saya belum pernah makan. Mungkin nanti saya akan coba,” jelas dia yang masih kuliah di Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang, melalui progam Darma Siswa Kedutaan Indonesia yang berada di Madagaskar.
“Jika sate kerbau dan soto kerbau, saya belum pernah makan. Mungkin nanti saya akan coba,” jelas dia yang masih kuliah di Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang, melalui progam Darma Siswa Kedutaan Indonesia yang berada di Madagaskar.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Alif Nurrohman (33)
mengungkapkan, progam yang sedang berlanjut yakni progam bahasa yang diadakan MTs
Ibtidaul Falah. Bahasa yang dipelajari yakni Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
Menurutnya, pembelajaran bahasa sangat penting untuk bekal siswa dalam
melanjutkan sampai jenjang perguruan tinggi.
Selain itu, Bahasa Inggris yakni bahasa international. Jadi perlu diajarkan secara intensif supaya anak didik mempunyai wawasan lebih terkait perkembangan zaman. “Ini kami datangkan mahasiswa asing dari Madagaskar. Selain belajar Bahasa Arab, kami berharap mereka dapat memotivasi siswa ,” jelasnya.
Selain itu, Bahasa Inggris yakni bahasa international. Jadi perlu diajarkan secara intensif supaya anak didik mempunyai wawasan lebih terkait perkembangan zaman. “Ini kami datangkan mahasiswa asing dari Madagaskar. Selain belajar Bahasa Arab, kami berharap mereka dapat memotivasi siswa ,” jelasnya.
Sekolah yang dinaungi Yayasan Ibtidaul Falah yang juga
memiliki Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyyah (MI), MTs dan Madrasah Aliyyah
(MA) menurutnya tahun sebelumnya siswa diajak untuk study tour ke Borobudur. Saat itu siswa diminta untuk mempraktekkan
langsung speakingnya dengan turis.
Selanjutnya, tahun ini pihaknya mendatangkan langsung pembica asing untuk dapat berkomunikasi dengan siswa. “Selain berkomunikasi, siswa juga menampilkan pakaian, makanan dan bangunan-bangunan bersejarah di Kudus. Untuk jumlah keseluran siswa yakni 779 anak” tambahnya.
Selanjutnya, tahun ini pihaknya mendatangkan langsung pembica asing untuk dapat berkomunikasi dengan siswa. “Selain berkomunikasi, siswa juga menampilkan pakaian, makanan dan bangunan-bangunan bersejarah di Kudus. Untuk jumlah keseluran siswa yakni 779 anak” tambahnya.