SEPUTARKUDUS.COM, LORAM KULON - Puluhan stan berjajar di
sepanjang jalan antara Masjid Wali Attaqwa dan Balai Desa Loram Kulon, Kecamatan
Jati, Kudus. Di antara puluhan stan itu tampak Seorang pria memakai kaus oblong sibuk membuat es pelangi yang sedang ditunggui
pembelinya. Pria tersebut bernama Eko Wahyu Utomo (25), yang mengaku kerja
berjualan es pelangi di Loram Expo hanya untuk sambilan.
Eko, penjual es pelangi sedang melayani pembeli di Loram Expo. Foto: Rabu Sipan |
Seusai melayani pembeli, pria yang akrab disapa Eko itu
sudi berbagi kisah kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan es pelangi
yang dia jual itu milik bosnya, warga Desa Loram Kulon. Dia juga
mengaku bekerja menjual es tersebut hanya untuk sambilan. Dia memiliki usaha bengkel sepeda motor.
“Aku sebenarnya memiliki usaha bengkel sepeda motor yang buka Senin sampai Sabtu mulai pukul 09.00 WIB sampai 15.30 WIB. Dan
setelah selesai aktivitas di bengkel, aku pergi ke Loram Expo untuk kerja
berjualan es pelangi milik bosku,” ujarnya.
Pria yang tercatat sebagai warga Desa Getas Pejaten, Jati, itu mengatakan, bosnya tidak menjajakan es pelangi mangkal atau menetap
di satu tempat. Produk es pelangi hanya jual saat ada pameran. Bahkan katanya,
bosnya sudah sering ikut berjualan di acara expo serupa yang diadakan di
beberapa kota di Jawa.
“Meskipun bosku sering ikut membuka stan setiap ada acara pameran di kabupaten maupun kota yang ada di Jawa, tapi aku
selalu menolak saat ditawari untuk menjaga stannya. Aku hanya ikut saat bosku
buka stan acara pameran di Kudus. Karena kalau di Kudus setiap hari aku
bisa pulang. Aku juga masih bisa membuka bengkelku pada pagi harinya,” ujar Eko
Pria yang menanti kelahiran anak pertamanya itu mengatakan, di
Loram Expo 2016, bosnya membuka dua stan untuk menjual es pelangi. Dua stan tersebut bosnya membayar uang sewa sebesar Rp 600 ribu selama acara berlangsung.
Dia mengatakan, menjual es pelangi dengan harga Rp 15 ribu
seporsi. Selama berjualan es pelangi di Loram Expo dia mengaku bisa mendapatkan
omzet sekitar Rp 1 juta saat ramai. Sedangkan saat sepi atau turun hujan, hanya mendapat omzet Rp 300 ribu sehari.
Dia menambahkan, tidak tahu upah yang akan dia terima selama
kerja berjualan di Loram Expo. Karena menurutnya hitungan upahnya tergantung
omzet yang dia dapat. “Dulu saat aku berjualan es pelangi di Kudus Expo aku
dibayar Rp 100 ribu sehari. Tapi omzet sehari yang didapatkan pada acara
tersebut tiga kali di acara Loram Expo. Meskipun omzet turun semoga saja besaran upah yang aku
terima masih tetap sama,” harap Eko sambil tersenyum.