SEPUTARKUDUS.COM, GETAS PEJATEN - Di tepi timur Jalan Sentot Prawirodirjo, di Desa
Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kudus, tampak gerobak dengan ratusan gorengan di dalamnnya. Di Samping gerobak dua orang
pria sedang memasukan adonan bakwan ke dalam penggorengan. Di sebelahnya
seorang perempuan berjilbab sedang memasukan puluhan gorengan ke dalam kantong
plastik untuk di berikan kepada pembeli.
Wanita tersebut bernama Suparti (33), penjual gorengan yang hampir putus asa karena selama empat bulan tidak kunjung mendapat keuntungan. Di sela aktivitas melayani pembeli, Suparti sudi berbagi kisah tentang usahanya itu. Dia mengatakan mulai berjualan gorengan sejak 2010. Pada empat bulan pertama selama berjualan dia mengakui beratnya merintis usaha. Menurutnya, pada waktu itu gorengan yang dia jual tidak habis, bahkan bisa dikatakan tidak laku.
Suparti membuat gorengan di Jalan Setot Prawirodirjo, Sunggingan, Kudus. Foto: Rabu Sipan |
Wanita tersebut bernama Suparti (33), penjual gorengan yang hampir putus asa karena selama empat bulan tidak kunjung mendapat keuntungan. Di sela aktivitas melayani pembeli, Suparti sudi berbagi kisah tentang usahanya itu. Dia mengatakan mulai berjualan gorengan sejak 2010. Pada empat bulan pertama selama berjualan dia mengakui beratnya merintis usaha. Menurutnya, pada waktu itu gorengan yang dia jual tidak habis, bahkan bisa dikatakan tidak laku.
“Karena kejadian tersebut berulang-ulang selama
empat bulan, aku sempat putusa asa
dan berniat tak melanjutkan menjual gorengan. Tapi suamiku selalu memberi semangat dan menasihati
agar aku tetap berjualan. Dan dia juga sering memberi uang jika aku kehabisan
modal,” ungkap Suparti kepada seputarkudus.com
Perempuan asli Rembang tersebut mengatakan, karena suaminya
selalu mendukung untuk tetap berjualan, dia kemudian bangkit dan tetap berjualan gorengan. Hingga lambat laun gorengan yang dia jual mulai diminati pembeli. Bahkan menurutnya sekarang dia bisa menjual sekitar 3.000 gorengan
sehari.
Dia lalu merinci sepuluh jenis gorengan yang dia jual serta
total penjualan masing-masing gorengan. Dalam sehari dia bisa menjual 240 bakwan, tahu isi 850, tempe goreng 350, bakwan jagung 300, pisang goreng 250, singkong goreng 200, ubi goreng 300,
karamel 250, molen goreng 350, dan tahu petis sebanyak 150. Semua jenis gorengan tersebut dia jual seharga Rp 700.
Perempuan yang mengaku sudah membeli sebuah rumah di Desa
Loram Kulon, Jati, hasil berjualan gorengan. Sekarang rumah itu dia tempati bersama suami dan kedua buah hatinya.
Dia mengatakan berjualan gorengan setiap hari mulai pukul 10.00
WIB sampai 19.00 WIB. Untuk membantu pekerjaannya, dia mengaku
mempekerjakan empat orang yang semua masih saudaranya.
“Selama berjualan aku dibantu empat pekerja yang semua masih
saudaraku. Yang satu adiku dan yang lainya keponakanku. Aku sengaja
memilih kerabatku untuk membantuku berjualan, karena rasa percaya, aku juga
ingin mengajari mereka berjualan dan bekerja,” ujarnya.