SEPUTARKUDUS.COM, ALUN-ALUN KUDUS – Teriakan takbir terdengar
keras dari arah Alun-alun Simpang Tujuh Kudus. Puluhan bendera dan
spanduk tampak memenuhi barisan massa pedemo yang sebagian besar mengenakan baju
putih. Terlihat juga anak-anak yang mengenakan baju putih juga ikut bersorak
saat orator meminta mengucapkan takbir pada aksi damai gerakan nasional
mengawal fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jumat (4/11/2016).
Masa pendemo sedang melakukan aksi di kawasan Alun-alun Simpang Tujuh Kudus, Jumat (4/11/2016). Foto-foto: Imam Arwindra |
Di antara pedemo yang mengatasnamakan Forum Ummat Islam
Kudus yakni Muhammad Amirudin (10), anak laki-laki yang juga membawa spanduk
bertuliskan "Menistakan Al-Quran, Mengoyak Kebhinekaan" mengaku sengaja ikut demo karena tidak
terima Al-Quran dihina oleh orang lain. Menurutnya, orang yang berani menghina
Al-Quran dan agamanya islam harus diadili. “Iya saya tidak tidak rela,”
ungkapnya saat ditemui ketika aksi demo sedang berlangsung.
Walau kondisi terik matahari yang panas, Amirudin yang masih
duduk kelas 5 SD Muhammadiyah mengaku tidak masalah. Dia tetap semangat mengikuti
kegiatan sampai berakhir. Dikatakan dia mengetahui isu dugaan penistaan agama
dari acara televisi. Menurutnya, dirinya ikut demo juga diajak bapaknya. “Iya
saya diajak bapak. Allahu Akbar,”
tuturnya yang ditutup dengan kalimat takbir.
Kordinator aksi Arwani menuturkan, demo yang dilakukannya
setelah solat jumat yakni aksi damai gerakan nasional mengawal fatwa MUI. Menurutnya,
perlu adanya sikap untuk mendukung fatwah MUI untuk menghakimi Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok atas dugaan penistaan agama. “Hukum
Ahok,” tuturnya kepada Seputarkudus.com.
Menurutnya, aksi yang dilakukannya tidak ada sangkut pautnya
dengan perpolitikan yang sedang berlangsung di DKI Jakarta. Pihaknya ingin
orang yang diduga melakukan penistaan agama segera diproses secara hukum.
Dikatakan, terdapat sekitar 1.000 orang yang mengikuti aksi 4 Novermber 2016 tersebut. Menurutnya, mereka berasal dari 30
organisasi masyarakat yang berada di Kudus. Dari selebaran yang diberikan diantaranya
terdapat organisasi masyarakat DPD Hidayatullah, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia, FKAM, Gerakan Pemuda Ka’bah, Pemuda Bulan Bintang, Hizbut Tahrir
Indonesia, Al-Banyan, Himpunan dan Mahasiswa
Islam (HMI).
Arwani menegaskan, aksi nasional ini lanjutan dari aksi 14
Oktober 2016 lalu. Menurutnya, pihaknya akan melakukan aksi serupa jika
tuntutannya tidak segera direspon oleh lembaga negara yang bersangkutan. “Kami
akan melakukan aksi serupa. Namun mengikuti intruksi dari Jakarta,” tambahnya
yang juga aktif di Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Trio LSM.