Hidden Coffee Kudus. Foto: Sutopo Ahmad |
Sembari melayani pelanggan, Yadi begitu akrab disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang angkringan kopi miliknya. Dia menceritakan, usaha yang dia geluti tergolong masih baru, karena dibuka enam bulan terakhir. Dia mengaku, sebelum memulai usaha, dia bekerja di satu perusahaan elektronik. Menurutnya, selama bekerja sebagai karyawan, dia merasa penghasilan yang didapatkan tidak cukup untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.
“Awalnya saya hanya bekerja sebagai karyawan. Saya berpikir kok kurang ya penghasilan saya setiap bulan untuk kebutuhan hidup. Karena nenek saya sudah dari dulu membuka warung, dari situ saya mulai membuka angkringan kopi yang saya namai Hidden Coffee. Biar kelihatan keren menggunakan nama bahasa Inggris,” ungkapnya.
Pria lulusan Madrasah Aliyah (MA) Assalam tahun 2012 ini mengungkapkan, pertama memulai usaha, dia hanya menjual kopi sachet dan kopi lasem. Menurutnya, sekarang usahanya semakin berkembang. Sudah banyak aneka macam hidangan yang disajikan.
“Untuk gorengan saya yang membuat sendiri. Namun untuk sate tusuk, misalnya telur punyuh, hati anyam, tahu bakso dan bakso bakar ada tetangga yang titip,” imbuhnya.
Menurut pria asal Desa Ngemplak Gang 10 RT 1 RW 3, Kecamatan Undaan, Kudus, dia mengenalkan angkringan miliknya melalui media sosial dan dari mulut ke mulut. Dia mengatakan, untuk memanjakan pelanggan, di angkringan kopi miliknya dia pasang Wifi gratis.
“Setiap hari saya buka pukul 18.30 WIB hingga pukul 1.00 WIB. Sekarang omzet saya Rp 250 ribu per malam dan hanya bermodalkan Rp 150 ribu untuk memulai usaha,” tambahnya.