Latest News

Mahasiswa UMK Ini Harus Bangun Jam 3 Pagi Membuat Tempe dan Sering Terlambat Kuliah

SEPUTARKUDUS.COM, HADIPOLO – Di dalam rumah di Dukuh Sumber Desa Hadipolo RT 7 RW 8, Kecamatan Jekulo, Kudus, terlihat seorang pria mengenakan kaus hitam sedang merebus kedelai. Pria itu bernama Nuryanto (22), Mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK) yang setiap hari membuat tempe, karena tak tega melihat kedua orang tuanya terus bekerja di usia senjanya.
perajin tempe kudus
Nuryanto, mahasiswa UMK pembuat tempe. Foto: Sutopo Ahmad


Mahasiswa semester sembilan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen ini menceritakan, usaha tempe yang ditekuninya itu milik orang tuanya, Suhadi dan Nur Khasanah. Usaha tersebut sudah berlangsung 16 tahun, sejak tahun 2000. Melihat kondisi kedua orang tua yang telah renta, dia harus membagi waktu antara kuliah dan membuat tempe.

“Sejak kelas tiga SMP (sekolah menengah pertama), saya sudah terbiasa membantu orang tua membuat tempe. Awalnya saya merasa kasihan, karena mereka sudah tua, dan harus membuat tempe setiap hari kemudian menjualnya. Sekarang, saya yang membuat tempe, dan orang tua saya yang menjual," ungkap Nuryanto.



Setiap hari, katanya, dia harus bangun pukul 3.00 WIB untuk membuat tempe. Saya tidak pernah mengeluh, walau terkadang saya sering terlambat masuk kuliah,” ungkap Yanto begitu akrab disapa kepada Seputarkudus.com.

Dia menjelaskan, dalam sehari dirinya membutuhkan satu kwintal kedelai untuk membuat tempe. “Bahan-bahan pembuatan tempe saya beli dari Kudus, mulai dari kedelai, ragi dan juga daun jati,” terangnya.

Usai dibuat, katanya, kedua orang tuanya pergi ke Pasar Bareng, Jekulo untuk menjual kedelai mulai pukul 5.30 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Terkadang ada sejumlah pedagang sayur keliling yang datang kerumah untuk membeli.



“Idul Fitri biasanya banyak orang yang membeli. Tapi kalau Idul Adha penjualan tempe justru menurun. Mungkin banyak orang yang mengkonsumsi daging kurban,” kata Nuryanto sambil tertawa.

Anak laki-laki satu-satunya di keluarga itu mengungkapkan, pihaknya selalu membungkus tempe menggunakan daun jati. Menurutnya, daun jati dapat mempengaruhi kualitas tempe yang dihasilkan. “Pernah saya bertanya kepada pelanggan, katanya tempe yang dibungkus daun jati rasanya lebih enak,” imbuhnya.

Dia menjelaskan, proses pembuatan tempe cukup kedelai direbus selama dua jam dan diendapkan dalam air selama dua hari. “Setelah itu, kedelai digiling, dibersihkan dan direbus kembali. Proses terakhir, campurkan sedikit ragi ke dalam kedelai dan bungkus kedelai dengan daun jati di atas meja persegi selama dua hari,” tambahnya.