SEPUTARKUDUS.COM, UMK – Sejumlah pria terlihat
berbaris dengan membawa umbul-umbul yang berwarna-warni di lapangan basket Universitas Muria Kudus (UMK), Sabtu (29/10/2016). Sementara di sudut yang lain, sejumlah perempuan berpakaian adat Kudus membawa tampah
berjalan menuju panggung utama. Mereka adalah mahasiswa asing dari 14 negara yang menampilkan Tari Kretek.
Mereka terlihat kaku saat membawakan gerakan Tari Kretek. Tak jarang, gerakan mereka mengundang gelak tawa penonton yang hadir. Satu di antara mahasiswa asing yang tampil membawakan Tari Kretek, yakni Bassem Ismail (27) dari Yordania. Dia banyak gerakan yang belum dihafalnya.
“Mungkin belum terbiasa,” ungkapnya dengan Bahasa Inggris saat ditemui usai pentas yang diselenggarakan pada Muria Cultural Program tersebut.
Sejumlah mahasiswa asing menampilkan Tari Kretek di UMK. Foto-foto: Imam Arwindra |
Mereka terlihat kaku saat membawakan gerakan Tari Kretek. Tak jarang, gerakan mereka mengundang gelak tawa penonton yang hadir. Satu di antara mahasiswa asing yang tampil membawakan Tari Kretek, yakni Bassem Ismail (27) dari Yordania. Dia banyak gerakan yang belum dihafalnya.
“Mungkin belum terbiasa,” ungkapnya dengan Bahasa Inggris saat ditemui usai pentas yang diselenggarakan pada Muria Cultural Program tersebut.
Meski banyak gerakan tari yang belum dia kuasai, Bassem mengaku senang bisa
ikut menampilkan Tari Kretek bersama peserta lainnya. Menurutnya, budaya lokal yang diangkat dalam Muria Cultural Program sangat menarik. “Kemarin saya bertemu anak-anak Omah Dongeng Marwah membaca cerita. Mereka bagus, saya ingin seperti mereka,” tutur Bassem.
Pria yang sedang menempuh magister Jurusan Akuntansi di Arab Open University itu menceritakan, selama di Kudus dia sudah mencoba berbagai masakan dan rokok. Menurutnya rokok di Indonesia dengan di negaranya berbeda. Di Yordania rokok hanya berbahan tembakau tanpa cengkeh. Selain itu, dia juga sempat mencoba Jenang Mubarok langsung dari tempat produksinya. "Rasanya (jenang) sama seperti kurma," tuturnya.
Pria yang sedang menempuh magister Jurusan Akuntansi di Arab Open University itu menceritakan, selama di Kudus dia sudah mencoba berbagai masakan dan rokok. Menurutnya rokok di Indonesia dengan di negaranya berbeda. Di Yordania rokok hanya berbahan tembakau tanpa cengkeh. Selain itu, dia juga sempat mencoba Jenang Mubarok langsung dari tempat produksinya. "Rasanya (jenang) sama seperti kurma," tuturnya.
Senada dengan Bassem, Carolina (28), mahasiswi asal Chile juga mengaku sulit menghafal gerakan Tari Kretek. Hal itu membuat dirinya tak begitu bagus saat membawakan tari khas Kudus tersebut. Meski begitu dia mengaku senang, dan sangat tertarik dengan pakaian adat Kudus yang dia kenakan saat menari.
Menurutnya, kain batik yang terbalut ditubuhnya memiliki motif yang unik dan indak. Topi yang dikenakan berbahan anyaman bambu juga membuatnya kagum. Mahasiswi di Universidad Catolica de Chile itu mengira itu bukan topi, melainkan wadah yang sering digunakan untuk tempat makanan.
Dia menceritakan, selama tiga hari di Kudus sudah
mengunjungi berbagai tempat menarik. Di antaranya Museum Kretek, Jenang Mubarok dan Menara Kudus. Dia Kudus, dia mengaku baru pertama kali melihat cara membuat rokok. “Saya senang di Kudus. Orangnya
bersahabat dan makanannya enak-enak. Ada buah, soto dan lainnya,” jelas Carolina.
Diah Kurniati, Ketua Panitia Muria Cultural Program mengungkapkan, jumlah keseluruhan peserta 58 mahasiswa. Acara diselenggarakan sejak 27 Oktober dan berakhir hari ini. “Mereka berasal dari 14 negara. Dari Indonesia juga ada yakni Pontianak, Wamena, Medan,” ungkapnya.
Diah Kurniati, Ketua Panitia Muria Cultural Program mengungkapkan, jumlah keseluruhan peserta 58 mahasiswa. Acara diselenggarakan sejak 27 Oktober dan berakhir hari ini. “Mereka berasal dari 14 negara. Dari Indonesia juga ada yakni Pontianak, Wamena, Medan,” ungkapnya.
Pada pementasan Tari Kretek, menurutnya ada 25 peserta yang
ikut tampil menari. Mereka hanya berlatih selama dua jam selama dua hari. Selain menari, ada peserta yang bertugas memainkan musik gamelan sebanyak 17 orang. “Dengan
waktu singkat mereka sukses mementaskan Tari Kretek dan memainkan gamelan,”
terangnya.
Diah yang juga Ketua Progam Studi Pendidikan Bahasa Inggris berharap, kegiatan yang diselenggarakan bisa menjadi agenda tahunan. Menurutnya, peserta yang akan datang bisa lebih banyak dan bisa datang dari lebih banyak negara. “Semoga bisa menjadi agenda tahunan,” tuturnya.
Diah yang juga Ketua Progam Studi Pendidikan Bahasa Inggris berharap, kegiatan yang diselenggarakan bisa menjadi agenda tahunan. Menurutnya, peserta yang akan datang bisa lebih banyak dan bisa datang dari lebih banyak negara. “Semoga bisa menjadi agenda tahunan,” tuturnya.