SEPUTARKUDUS.COM, SUNGGINGAN - Di tepi Jalan KH A Wahid Hasyim, tepatnya di Keluarahan Sunggingan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, terlihat tiga orang pria sedang menurunkan kayu bakar dari truk. Tidak jauh dari ketiga pria tersebut, terlihat seorang perempuan mengamati kegiatan ketiga pria tersebut. Perempuan itu bernama Sri Mulyani (60), penjual kayu bakar yang masih tetap berjualan meski banyak masyarakat banyak sudah beralih menggunakan gas elpiji.
Sejumlah orang menurunkan kayu bakar di Kelurahan Sunggingan, Kota, Kudus. Foto Rabu Sipan |
Di sela aktivitasnya tersebut, perempuan yang biasa disapa Sri itu sudi menjelaskan tentang usahanya tersebut. Sri mengatakan, usaha menjual kayu bakar itu sebenarnya dirintis oleh ayahnya. Usaha tersebut diteruskan dirinya meski permintaan kayu bakar tak seramai dulu.
“Sebelum ada gas elpiji dan masyarakat masih mengguanakan minyak tanah, penjualan kayu bakar yang dijalankan ayahku ramai pembeli. Namun setelah minyak tanah langka dan mahal, serta masyaraktat beralih ke gas elpiji, penjualan kayu bakar tak selaku dulu. Meski begitu, setiap hari ada saja orang yang datang membeli kayu bakar ke sini,” ujar Sri kepada Seputarkudus.com beberapa waktu lalu.
Menurutnya, masyarakat yang membeli kayu bakar miliknya datang dari kalangan ibu rumah tangga yang kehabisan elpiji. Selain itu mereka belum mempunyai uang untuk mengisi ulang tabungnya. Ada pula para pemilik warung makan yang membeli kayu bakarnya. Kata Sri, pemilik warung makan lebih memilih kayu bakar untuk memasak daripada menggunakan gas elpiji, karena menurut pembeli memasak menggunakan kayu bakar lebih hemat.
Sri Mulyani, penjual kayu bakar di Kelurahan Sunggingan. Foto: Rabu Sipan |
Sri mengatakan, kayu bakar tersebut dikirim oleh pedagang kayu bakar dari Jepara. Kayu bakar tersebut dia jual dengan harga Rp 11 ribu per sepuluh ikat untuk jenis kayu karet. Sedangkan kayu jati dia jual Rp 12 ribu untuk sepuluh ikatnya.
“Dengan harga tersebut setiap hari minimal bisa menjual sekitar 50 ikat kayu bakar. Tapi bila sedang beruntung terkadang ada satu di antara pengusaha jenang di Desa Kaliputu (Kecamatan Kota) yang datang dan membeli kayu bakar. Biasanya mereka membeli lebih dari 200 ikat,” ujarnya.
Di sela obrolan, datang seorang perempuan membawa sepeda membeli 10 ikat kayu bakar. Nana (56), nama perempuan warga Desa Demaan, kecamatan Kota, tersebut. Nana mengaku membeli kayu bakar untuk digunakan memasak, juga buat persediaan jika sewaktu elpiji yang dia miliki habis.
“Aku tetap memasak menggunakan kayu bakar meskipun aku juga punya gas elpiji. Karena selain ibu rumah tangga aku juga berjualan nasi kucing. Karena menurutku selain lebih hemat juga untuk mengantisipasi di saat kehabisan elpiji maupun ada kelangkaan yang mengakibatkan harga gas tinggi,” jelas Nana.