Sutrisno mengupas nangka di Jalan R Agil Kusumadya, Kudus. Foto: Sutopo Ahmad |
Sembari mengupas nangka, Trisno, begitu dia akrab disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang usaha yang dia tekuni. Dia mengatakan, mulai berjualan nangka sejak tahun 2006, hingga kini sudah berlangsung sekitar 10 tahun. Menurutnya, usaha yang dia jalankan bukan hanya miliknya sendiri, tapi milik juga temannya, Sukirno (45) yang setiap hari membantu berjualan.
“Sebelum berjualan nangka, dulu saya usaha ayam potong. Berhubung harga ayam naik turun serta pesaing banyak, saya mulai beralih berjualan nangka di tepi jalan. Saya harus terus bekerja karena mempunyai lima orang anak yang saat itu masih butuh biaya sekolah,” ungkap Trisno, warga Desa Jetiskapuan RT 2 RW 4, Kecamatan Jati, Kudus.
Sutrisno mengaku dikaruniai enam orang anak, lima anak perempuan dan satu anak laki-laki. Anak pertamanya sudah menikah, anak kedua baru saja lulus di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Purwosari, sedangkan anak ketiga hingga keenam masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah dasar (SD).
Sutrisno menjajakan nangka di Jalan R Agil Kusumadya, Kudus. Foto: Sutopo Ahmad |
Menurut pria kelahiran Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, dia membeli nangka dari Batang, Jepara dan Kudus. Namun terkadang ada sejumlah pedagang yang datang menawarkan. Untuk memasarkan nangka, dia hanya menunggu pelanggan yang datang untuk membeli.
“Selain Kudus, pelanggan juga ada dari Demak. Nangka ini saya jual Rp 10 ribu per kilogram, matoa satu kilogram Rp 20 ribu,” ungkapnya.
Dia menambahkan, selain berjualan nangka, terkadang dia berjualan durian, bubur durian dan es durian. Dia mengaku, setiap hari berjualan mulai pukul 7.00 WIB hingga 17.00 WIB dengan penghasilan rata-rata per hari Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu. “Untuk usaha saya beri nama Terminal Nangka Abadi, biar abadi selamanya,” tambahnya.