Bowo sedang mengemas tas undangan dan souvenir pernikahan. Foto: Sutopo Ahmad |
Di tengah kesibukannya membuat pesanan dari pelanggan, Bowo, begitu dia disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang usaha miliknya. Dia menceritakan, awal memulai usaha membuat tas undangan pernikahan, hanya iseng-iseng. Menurutnya, saat pertama kali mengenalkan produk yang dia hasilkan ke sosial media, dia tidak menyangka banyak yang berminat.
“Awalnya dulu saya hanya coba-coba, setelah melihat banyaknya orang Kudus yang usaha tas berbahan spunbond. Dari itu saya mulai berfikir bagaimana caranya membuat tas tersebut menjadi tas undangan pernikahan. Allhamdulilah, dari hasil usaha tersebut, mulai masuk kuliah sampai sekarang saya semester lima, saya mampu membiayai kuliah sendiri,” ungkap Bowo waktu ditemui di rumahnya.
Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Sistem Informasi UMK ini menjelaskan, dia memulai usaha sejak tahun 2012. Hingga kini usahanya telah berjalan empat tahun. Menurutnya, dalam proses produksi dia di bantu kakaknya, Nur Khayati.
“Produk saya berlabel Berlian Souvenir, nama itu saya adopsi dari usaha alat-alat pertukangan bapak saya yang bernama Tiga Berlian,” terangnya.
Menurutnya, dalam memasarkan produk, dia hanya menggunakan media online. Hampir semua media sosial dia gunakan. Bowo mengungkapkan, pelanggan yang sering membeli kebanyakan dari luar Jawa. “Aceh, Papua, Sulawesi, Maluku, Makassar, Denpasar, Jakarta, Banjarmasin juga ada. Tapi pelanggan tetap saya untuk sekarang hanya dua, dari Jakarta dan Banjarmasin,” imbuhnya.
Dia mengungkapkan, Berlian Souvenir telah memiliki berbagai macam produk, mulai dari tas undangan, tas promosi, dompet, souvenir pernikahan, dan lain sebagainya. Menurutnya, pada Bulan Dzulhijjah, dia kebanjiran pesanan dari pelanggan. “Kalau ramai, dalam sebulan saya mampu menjual 6.000 tas. Sedangkan bulan-bulan biasa sebanyak 3.000 tas per bulan,” ungkapnya.
Dia menambahkan, proses pemotongan kain dilakukannya sendiri. Untuk proses sablon dan menjahit tas dikerjakan orang lain. Menurutnya, harga produk miliknya tergolong murah, berkisar Rp 2.500 hingga Rp 4.500, tergantung ukuran dan motif yang di pesan pelanggan.
“Dalam penjualan saya selalu mengutamakan kualitas. Modal awal saya dulu Rp 500 ribu. Dalam sebulan kini saya bisa mendapatkan omzet Rp 8 juta,” tambahnya.