Arif sedang mengerjakan gitar elektrik di Desa Gribig, Kecamatan Kaliwungu. Foto: Sutopo Ahmad |
Kepada Seputarkudus.com, Arif menjelaskan, produk gitar elektrik yang dia buat diberi nama Big Star. Kata big dia ambil dari suku kata terakhir nama desanya, yakni Gribig. Selain itu, arti kata big dalam Bahasa Inggris sekaligus menjadi harapan dirinya agar usahanya berkembang menjadi besar.
"Nama itu juga mencerminkan harapan saya pada usaha ini. Harapan saya Big Star kelak usaha ini semakin besar, dan produk yang saya buat bisa semakin diminati masyarakat, khususnya pelaku musik," ujar Arif saat ditemui di workshop miliknya.
Sembari mengerjakan pesanan gitar dari pelanggannya, Arif begitu akrab disapa, sudi berbagi cerita tentang usaha yang dia tekuni. Dia mengawali usaha sejah tahun 2009, atau hingga saat ini sudah berlangsung sekitar tujuh tahun. Menurutnya, selain membuat gitar elektrik, dia juga melayani jasa service dan penjualan sparepart gitar.
“Awalnya saya hanya sekedar membenahi dan merawat gitar elektrik yang saya miliki. Dari situ, banyak berdatangan teman-teman saya yang minta bantuan ke saya untuk dibenahi gitarnya yang rusak. Karena saya hobi bermain gitar serta bekerja sebagi tukang kayu, saya mulai berfikir untuk membuka usaha sendiri di rumah,” ungkap Arif.
Saat memulai usahanya itu, Arif mengeluarkan modal sebesar Rp 10 juta. Saat ini omzet yang dia dapat dalam sebulan antara Rp 3 juta hingga Rp 7 juta.
Ayah dua anak ini menjelaskan, sebelum membuat gitar elektrik, dulu dia juga pernah membuat gitar akustik. Menurutnya, pelanggan yang datang memesan, kebanyakan memintanya untuk dibuatkan gitar elektrik dibandingkan gitar akustik,“Pelanggan saya ada dari Pati, Jepara, Kudus, Grobogan, Blora, Rembang, Demak dan bahkan Semarang,” terangnya.
Dalam memasarkan produk, Arif kini hanya menunggu pelanggan datang. “Saya tidak menggunakan media online. Pemasaran saya hanya dari mulut ke mulut, selebihnya saya hanya mengikuti pameran yang diselenggaran Bank Rakyat Indonesia (BRI),” imbuhnya.
Untuk memproduksi pembuatan gitar, dia dibantu dua orang karyawan, adik dan sepupunya. Arif menjelaskan, proses pembuatan satu buah gitar elektrik, dibutuhkan waktu selama dua pekan. Saat sedang ramai pesanan, dalam sebulan dirinya bisa memproduksi empat gitar elektrik. Sedangkan saat sepi, sebulan hanya bisa memproduksi satu gitar.
“Harga gitar elektrik saya jual antara Rp 1,5 juta hingga Rp 5 juta, tergantung kayu dan sparepart yang digunakan. Biasanya saya diminta membuatkan gitar yang menyerupai buatan Tiongkok, Korea, Amerika, Jepang dan Inggris. Saya hanya mengikuti selera dari pelanggan yang memesan," ujarnya.
Menurutnya, selain usaha gitar, dia sering dihubungi seseorang untuk manggung ke berbagai tempat sebagai player music dangdut. Untuk bahan pembuatan gitar, dia selalu menggunakan kayu-kayu import. “Seperti kayu maple, sonokeling, rosewood, alder, mahogany dan ash-wood. Semua kayu dari luar negeri, tapi saya membeli bahan dari Mojokerto, Bandung dan Solo,” ungkap Arif waktu di temui dirumahnya sekaligus sebagai dia jadikan tempat produksi.