Sri Setuni, Pemilik Seruni Homemade yang memproduksi tas berbahan limbah daur ulang. Foto: Sutopo Ahmad |
Satu dari tiga perempuan tersebut, Sri Setuni (35), tak lain merupakan pemilik Seruni Handmade. Sri, begitu akrab disapa, menjelaskan, dia memulai usaha kerajinan tangan itu sejak empat tahun lalu, tepatnya pada akhir 2012. Saat ini usahanya berkembang cukup bagus. Ppembeli tidak hanya dari Indonesia, tapi ada juga dari Belanda dan Malaysia.
“Awalnya prihatin dengan kondisi sungai yang banyak sampah di sekitar rumah saya. Kalau bisa dimanfaatkan kenapa tidak, kan begitu. Dari itu saya berfikir, bagaimana caranya sampah tersebut bisa dimanfaatkan menjadi kerajinan. Syukur-syukur dapat menghasilkan uang,” ungkap Sri kepada Seputarkudus.com sembari menunggu pengunjung di Kudus Expo Hari Jadi Kudus ke-467.
Menurut warga Desa Jati Kulon RT 03 RW 02 Kecamatan Jati, sebelum bisa membuat kerajinan, dia belajar di Perumahan Muria Indah. Pada awal belajar, dia mengaku kesulitan membuat kerajinan dari bahan limbah plastik kemasan. Saat itu dia hanya bisa membuat satu macam jenis tas wanita.
“Pertama sempat kesulitan, setelah belajar terus menerus sekarang saya sudah bisa membuat berbagai macam kerajinan sendiri,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan berupa limbah sampah anorganik, misalnya kemasan minuman kopi, minyak goereng, deterjen, koran dan bahan lainnya. Dia mendapat limbah tersebut dari sejumlah pedagang yang menjual di bank sampah miliknya.
“Nama bank sampah saya Jati Asri, saya buka setiap Minggu pukul 9.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Di sana saya juga membuka kelas gratis bagi siapa saja yang mau belajar membuat kerajinan,” terang Sri yang tergabung dalam Paguyuban Pengelolaan Sampah Mutiara Kudus.
Dia mengungkapkan, dalam memasarkan produknya, dia hanya menggunakan media online Facebook, Instagram dan BBM. Dibantu anggpta PKK, dalam sehari dia mampu membuat kerajinan tas ukuran sedang sebanyak 20-30 tas. Sedangkan ukuran besar dia bisa memproduksi 2-3 tas sehari.
Sri menambahkan, kerajinan yang dia bawa di pameran hanya berupa tas wanita, dompet dan bros. Harga produknya dijual antara Rp 2.500 hingga Rp 200 ribu. Menurutnya, dengan modal awal Rp 100 ribu, sekarang dia mampu mendapatkan omzet Rp 2 juta sampai Rp 3 Juta per bulan. “Semoga kerajinan yang saya buat bisa ekspor ke luar negeri terus,” tambahnya.