SEPUTARKUDUS.COM, GARUNG LOR – Seorang laki-laki mengambil biji kopi dari dalam toples kaca bening di atas meja Wajik Cooffee Shop. Di samping toples terdapat grinder dan beberapa
alat seduh kopi. Sambil menunggu air mendidih, dirinya kemudian menghaluskan biji
kopi menggunakan grinder dan hasilnya dituang ke dalam gelas.
Dia kemudian meraih paper filter untuk diletakkan di alat penyeduh kopi manual V60. Saat suhu air sesuai, dia menuangkan serbuk ke dalam paper filter dan kemudian menuang air panas tersebut secara memutar. Air kopi hitam tampak mengalir ke dalam gelas di bawahnya, dan siap untuk dinikmati.
Nika Biru Watataqu owner Wajik Coffe Shop Kudus meracik kopi. Foto-foto: Imam Arwindra |
Dia kemudian meraih paper filter untuk diletakkan di alat penyeduh kopi manual V60. Saat suhu air sesuai, dia menuangkan serbuk ke dalam paper filter dan kemudian menuang air panas tersebut secara memutar. Air kopi hitam tampak mengalir ke dalam gelas di bawahnya, dan siap untuk dinikmati.
Laki-laki tersebut yakni Nika Biru Watataqu, owner Wajik Coffee Shop. Kepada Seputarkudus.com dia menjelaskan, kopi hitam yang dibuatnya tadi bisa dinikmati tanpa menggunakan gula. Menurutnya, biji kopi yang diracik sudah mengandung glukosa yang memberikan rasa manis. Kopi hasil racikannya itu tak terlalu pahit, jika dari proses roasting hingga peracikan
dilakukan secara tepat.
“Kebiasaan masyarakay di sekitar lereng Muria kan kalau ngopi harus pakai gula. Menurut saya, kalau pakai gula akan justru akan menghilangkan rasa khas kopi itu,” tuturnya saat ditemui di Wajik Coffee Shop, Jalan Kudus-Jepara, Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, belum lama ini.
“Kebiasaan masyarakay di sekitar lereng Muria kan kalau ngopi harus pakai gula. Menurut saya, kalau pakai gula akan justru akan menghilangkan rasa khas kopi itu,” tuturnya saat ditemui di Wajik Coffee Shop, Jalan Kudus-Jepara, Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, belum lama ini.
Nika, begitu dia akrab disapa, menjelaskan, saat melakukan roasting biji kopi dirinya menggunakan alat modern untuk menjaga biji kopi tidak gosong. Saat menuangkan
air panas pada serbuk kopi pun dia menentukan suhu panas air panas pada angka 80
sampai 90 derajat celcius. Menurutnya, saat suhu air panas di atas 100 derajat akan menimbulkan rasa pahit pada sajian kopi.
“Logikanya, serbuk kopi akan gosong terkena air yang telalu panas. Saat gosong akan menghasilkan rasa pahit. Untuk menuangkan air pun juga jangan terlalu terpusat pada titik tertentu. Contohnya dengan cara memutar,” terang dia yang menekuni kopi sejak masih SMA.
Lulusan Universitas Muhammadiyyah Surakarta (UMS) itu mengungkapkan, ada empat parameter dalam menyeduh kopi. Yakni, gramasi atau ukuran berat kopi, kasar halusnya serbuk kopi, temperatur air dan waktu seduh. Di kedainya, Nika menyediakan kopi tubruk, Vietnam Drib, Aeropress, French Press, Turkish atau dan Rok Presso.
“Logikanya, serbuk kopi akan gosong terkena air yang telalu panas. Saat gosong akan menghasilkan rasa pahit. Untuk menuangkan air pun juga jangan terlalu terpusat pada titik tertentu. Contohnya dengan cara memutar,” terang dia yang menekuni kopi sejak masih SMA.
Lulusan Universitas Muhammadiyyah Surakarta (UMS) itu mengungkapkan, ada empat parameter dalam menyeduh kopi. Yakni, gramasi atau ukuran berat kopi, kasar halusnya serbuk kopi, temperatur air dan waktu seduh. Di kedainya, Nika menyediakan kopi tubruk, Vietnam Drib, Aeropress, French Press, Turkish atau dan Rok Presso.
“Beda alat beda cara
pembuatan. Contoh pembuatan kopi tubruk dan V60. Untuk kopi yang ditubruk
serbuknya halus kira-kira takaran pergelas 10 gram. V60 serbuk kopi kira-kira
sebesar gula pasir dengan takaran 15 gram. Kalau tubruk caranya langsung
ditaruh gelas dan disiram air panas, V60 caranya disaring. Jadi V60 rasa yang
dihasilkan lebih halus dari tubruk,” jelas Nika melakukan proses roasting hingga peracikan kopi di kedainya.