Sumadi, pencari Kroto dari Desa Kandangmas, Bae, Kudus. Foto: Ahmad Rosyidi |
Kepada Seputarkudus.com, Sumadi mengaku sejak kecil sudah sering ikut kakaknya mengambil kroto. Hingga kini sudah 30 tahun lebih dia menjalani pekerjaan mencari anak semut rangrang tersebut.
“Sudah 30 tahun lebih saya mencari kroto. Sebelum sekolah SD saya sudah biasa ikut kakak mencari kroto. Dikeroyok semut rangrang seperti ini sudah biasa, kalau belum terbiasa pasti tidak tahan dikeroyok seperti ini,” ungkapnya saat mencari kroto di Pedawang.
Pencari kroto yang sekaligus menjadi tukang bersih-bersih musala ini menjelaskan, dirinya hanya bekerja setengah hari, mulai pukul 8.00 WIB hingga terdengar adzan dhuhur. Setelah itu dia pulang dan membersihkan musala. Dia merasa senang menjalani pekerjaanya mencari kroto. Sebelumnya dia pernah bekerja menjadi kuli bangunan di Jakarta dan Kalimantan, tapi tidak lama dia pulang dan lebih memilih kembali mencari kroto karena tidak terikat waktu.
“Dulu pernah jadi kuli bangunan di Jakarta dan Kalimantan, karena saya kurang menikmati bekerja sebagai kuli, jadi tidak lama di sana. Saya memilih pulang dan kembali mencari kroto. Pekerjaan ini tidak terikat mandor seperti ini lebih bisa saya nikmati” jelas Sumadi.
Sumadi mengungkapkan, penghasilan mencari kroto dalam sehari sekitar Rp 40 ribu. Menurutnya, harga 1 kilogram kroto senilai Rp 200 ribu. Jika beruntung, dia bisa mendapat 4 ons sehari.
Dia mengaku lebih sering mencari kroto di Kudus, meski kadang juga sampai di Jepara dan Pati. Dia berangkat dari rumahnya Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, dengan mengendarai sepeda motor. Kemudian sepeda motornya dititipkan tempat penitipan, lalu berjalan kaki menyisir pohon dari tempat satu ke tempat yang lain untuk mencari kroto.