Diana, putri Dharmaji melakukan finishing patung pesanan dari Eropa. Foto: Ahmad Rosyidi |
Di sela kesibukannya, satu di antara pengelola Dharma Art Studio, Siti (50), berbagi cerita kepada Seputarkudus.com terkait usaha miliknya. Dia menjelaskan, usaha pembuatan patung dan sovenir itu dirintis suaminya, Dharmaji (54). Suaminya memulai usaha dengan membuat patung berbahan tanah liat berukuran kecil untuk souvenir nikah, sejak tahun 1995.
"Usaha ini awalanya hanya sebagai usaha sampingan, karena gaji PNS suami saya tak cukup untuk membiayai keluarga. Sekarang alhamdulillah sudah berkembang sangat pesat, bahkan menembus pasar internasional sejak 2002," ujar Siti saat ditemui di Ajie Dharma Art Studio.
Dia menceritakan, sejak kecil suaminya memang menyukai seni. Mulai SD Dharmaji sudah mengikuti lomba-lomba seni rupa. Berawal dari kecintaanya terhadap seni itu suaminya mendirikan usaha pembuatan patung dan sovenir. "Dulu awalnya kami membuat patung dari tanah liat untuk sovenir nikah, kami sering lebur,” kenang Siti.
Sejumlah karywan Ajie Dharma Art Studio mengerjakan pesanan patung. Foto: Ahmad Rosyidi |
Siti juga menjelaskan, produknya bisa dijual hingga keluar negeri berawal dari kerjasama memasok properti di pabrik Pura Barutama pada tahun 2000. Kemudian ada rekan bisnis Pura Barutama dari luar negeri yang tertarik dan meminta Dharmaji untuk membuat beberapa sampel. Pada awalnya sampel tersebut belum diterima, namun Dharmaji terus bereksperimen.
"Akhirnya setelah dua tahun menunggu baru ada keputusan kerjasama mulai tahun 2002 sampai sekarang," jelas Siti.
Siti merinci, Ajie Dharma Art Studio memproduksi patung dan properti di antaranya hiasan lampu, figura cermin, meja dan kursi. Sebagian besar produk miliknya dijual ke Amerika dan Perancis. Di Amerika ada tiga perusahaan dan di Perancis baru satu perusahaan. Sepekan dua kali pihaknya mengirim ratusan pcs ke perusahaan-perusahaan tersebut.
"Untuk pasar lokal malah jarang, paling kirim ke Jakarta, seperti 12 patung di Taman Mini itu kami yang buat,” katanya.
Harga patung paling murah yang diproduksi, katanya, sekitar Rp 5 juta. Sedangkan harga properti paling murah sekitar Rp 3 juta. Dia menjelaskan, pelanggan yang memesan mayoritas kalangan menengah ke atas. “Mayoritas pelanggan kalangan menengah ke atas. Pernah juga ada orang Tionghoa yang mau memesan tetapi tidak jadi, karena harganya tidak cocok bagi mereka. Kami lebih mengutamakan kualitas dengan harga yang sesuai demi kepuasan pelanggan,” tambahnya.
Siti menambahkan, saat ini Ajie Dharma Art Studio sudah sepenuhnya dikelola Diana, putri pertama dari tiga bersaudara. Sejak 2010, saat Dharmaji dan dirinya pergi haji, usahanya mulai diserahkan pada Diana.
"Bapak sekarang hanya membantu saya membuat pola patung. Dari membeli bahan baku sampai pemasaran sekarang sudah saya handle. Selebihnya urusan produksi dan finishing sudah ada 12 karyawan yang membantu. Semua karyawan warga sini," kata Diana.