SEPUTARKUDUS.COM, ALUN-ALUN KUDUS – Seorang pria berpeci berdiri di antara ratusan peserta apel peringatan Hari Jadi Kabupaten Kudus ke-467, di Alun-alun Kudus, Jumat (23/9/2016) pagi. Terik matahari yang menyengat pagi ini, membuat keringatnya bercucuran. Dia mengenakan kemeja putih dipadu jas hitam, serta sarung batik dominan warna hitam.
Yuli Kasiyanto menjadi komandan apel Hari Jadi Kudus ke-467. Foto-foto: Imam Arwindra |
Dia tak lain Yuli Kasiyanto (58), Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, yang bertugas sebagai komandan apel. Meski mengenakan sarung sandal di kakinya, melaksanakan tugasnya tanpa hambatan.
Usai bertugas, kepada Seputarkudus.com, Yuli mengaku sudah terbiasa setiap hari memakai sarung. Sehingga saat menjalankan tugas sebagai komandan apel, dirinya tak khawatir kesrimpet. “Saya orang Kudus asli, jadi sudah terbiasa memakai sarung,” tuturnya saat ditemui selepas acara.
Untuk menyiapkan diri menjadi komandan apel, menurutnya hanya
melakukan latihan satu kali. Dia menuturkan, apel peringatan Hari Jadi Kabupaten
Kudus ke-467 ini, peserta diminta mengenakan pakaian khas Kudusan. “Untuk
laki-laki memakai sarung, jas, baju putih dan peci. Sedangkan perempuan
mengenakan kebaya, kain batik dan berkerudung,” terangnya warga Desa Rendeng, Kecamatan Kota, Kudus.
Pria yang lahir di Kudus pada 15 juli 1958 itu mengungkapkan, sebenarnya
pakaian Kudusan untuk laki-laki tidak memakai peci hitam, melainkan ikat kepala
yang biasanya dikenakan santri Qudsiyyah. Menurutnya, ikat kepala itu akan dikenakan pada kegiatan Kenduri 1000 tumpeng yang
diadakan nanti malam. “Nanti malam kami akan pakai (ikat kepala) di acara
tumpengan,” tutur bapak satu anak tersebut.
Bupati Kudus Musthofa saat memimpin apel
menuturkan, pada peringatan Hari Jadi Kudus ke-467 dirinya ingin mengajak warga
Kudus menjaga keberagaman dan kebersamaan. Menurutnya, Kudus bukan milik para
pejabat, melainkan milik seluruh masyarakat Kudus. “Sunan Kudus telah
mengajarkan kepada kita tentang toleransi,” tuturnya.
Dia juga meminta para tokoh masyarakat dan orang tua untuk
menjadi teladan bagi anak-anaknya. Menurutnya, saat ini terjadi krisis budi
pekerti. Oleh karena itu dia mengajak semua lapisan masyarakat di Kudus untuk
bersama-sama membangun negeri. “Biar nanti mereka (anak-anak) jadi pemimpin yang baik,” jelasnya.
Bupati Kudus Musthofa |
Msuthofa juga mengatakan, pihaknya telah bekerja keras memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan tersebut di antaranya, pelayanan kesehatan gratis, dan biaya sekolah gratis hingga SMA.
“Jika ada yang masih tidak bisa sekolah karena faktor ekonomi datang saja (pemerintah Kudus), nanti kami akan berikan. Pemerintah sudah menganggarkan Rp 29 miliar,” tuturnya yang disambut tepuk tangan peserta yang hadir.
“Jika ada yang masih tidak bisa sekolah karena faktor ekonomi datang saja (pemerintah Kudus), nanti kami akan berikan. Pemerintah sudah menganggarkan Rp 29 miliar,” tuturnya yang disambut tepuk tangan peserta yang hadir.