Latest News

Usai Masuk 'Kakbah' Karena Penasaran, Murid RA Muslimat NU Islamiyah Tak Ingin Berhaji Karena Capek

SEPUTARKUDUS.COM, PANJUNAN - Puluhan anak mengenakan kain serba putih berjalan menuju masjid Al Urwatil Wutsqo, Panjunan Wetan, Kota Kudus, Minggu (18/9/2016). Mereka adalah murid RA Muslimat NU Islamiyah Kudus yang berlatih manasik haji. Masjid tersebut dijadikan lokasi Arafah.
latihan manasik haji RA Muslimat NU Kudus
Murid RA Muslimat NU Islamiyah berlatih manasik haji. Foto-foto: Ahmad Rosyidi



Setelah selesai mendengarkan khotbah wukuf di Arafah, sekitar 58 anak berjalan bergantian melempar Jumroh, kemudian melanjutkan berjalan menuju bangunan kotak berwarna hitam yang dijadikan Kakbah. Saat berjalan bersama rombongan, terlihat seorang anak perempuan mencoba masuk ke dalam Kakbah. Sayang, langkahnya dihentikan guru yang mendampingi.

Resti (4), nama murid yang penasaran dengan isi miniatur Kakbah. Dia mengaku sempat melihat bagian dalam Kakbah tersebut, namun dia tak melihat apa-apa. Dia juga mengaku senang latihan manasik haji. “Ingin lihat isi Kakbah ada apa. Seneng, tapi tidak ingin haji, capek,” ungkap Resti sambil tersenyum.
latihan manasik haji


Semua anak tampak bergembira melaksanakan latihan manasik haji tersebut. Beberapa anak yang berjalan di depan terlihat memegang beragam bendera. Mereka dibagi menjadi empat kelompok, kelompok pertama negara Mesir, kedua Malaysia, ketiga Indonesia, dan yang terakhir Turki.

Di sela-sela kesibukan memberi arahan kepada anak-anak didiknya, Kepala RA Muslimat NU Islamiyah Kudus, Farida Hasanah (34), menjelaskan kegiatan latihan manasik haji diselenggarakan setahun sekali. Farida sapaan akrabnya, menambahkan selain belajar rukun-rukun haji, anak-anak juga dibuatkan kelompok-kelompok supaya tau bahwa haji tidak hanya dari Indonesia.
murid RA Muslimat NU berlatih haji


“Kami melaksanakan latihan manasik setiap tahun, agar anak-anak mendapat pengetahuan tentang haji sejak dini. Kali ini kami bagi menjadi empat kelompok dengan negara yang berbeda. Di antaranya Malaysia, Mesir, Turki, dan Indonesia. Hal ini agar anak-anak juga tau bahwa haji itu tidak hanya dari Indonesia saja,” jelasnya.

Di sekitar Panjunan Wetan kurang lebih ada sekitar empat TK, menurut Farida mereka harus mempertahankan keunggulan RA Muslimat NU Islamiyah yang menjadi satu-satunya TK berbasis Islam. Oleh karena itu, menurutnya perlu kerja keras untuk terus meningkatkan kualitas agar tetap mendapat banyak murid setiap tahunnya.




Siti Asiyah (59), yang saat ini menjadi kepala yayasan, dan masih aktif mengajar di MAN 2 Kudus, bercerita, dulu yang mendirikan RA Muslimat NU Islamiyah yakni  Chamnah Busro. Lembaga pendidikan tersebut didirikan pada  tanggal 2 Desember 1980. 

“Sudah lama RA ini berdiri, sudah sekitar 36 tahun, sejak didirikan Nyai Hajah Chamnah Busro pada tanggal 2 Desember 1980. Yayasan yang menaungi sekolah ini diberi nama Yayasan Sunan Kudus,” tambahnya.