Hariyanto mengerjakan penyelesaian miniatur Menara Kudus. Foto: Sutopo Ahmad |
Sembari mengerjakan pesanan dari pelanggannya, Cilik, begitu akrab disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com terkait usaha yang digelutinya tersebut. Dia menjelaskan, pada awal memasarkan miniatur Menara berbahan kayu, sempat banyak pedagang di sekitar Menara menolak produk yang dia buat. Menurutnya, miniatur Menara sudah banyak ada di toko-toko, namun pembuatannya dari bahan gypsum.
“Awalnya saya membawa dua buah miniatur Menara dan saya coba tawarkan ke sejumlah pedagang yang ada di sekitar Menara. Waktu itu banyak pedagang yang tidak mau, katanya produk tersebut sudah banyak. Saya meminta untuk sekadar titip, besoknya saya lihat dan ternyata sudah tidak ada. Menara buatanku laku terjual dan banyak orang ziarah yang menanyakan,” ungkapnya.
Pria asal Desa Bacin, RT 08 RW 03 Kecamatan Bae, Kudus itu mengatakan, dia sudah lima tahun menekuni usaha pembuatan miniatur Menara, sejak tahun 2012. Awalnya hanya coba-coba membuat untuk mengisi kekosongan waktunya. Dia mengatakan, limbah kayu yang menjadi bahan produknya dia dapatkan dari toko mebel di Kudus milik temannya.
Menurutnya, dalam tiga hari dia mampu membuat 30 buah miniatur Menara berukuran 16x8 sentimeter. Dia menerangkan, harga yang ditawarkan tergantung ukuran dan bahan kayu yang digunakan. “Miniatur saya jual seharga Rp 20 ribu hingga Rp 100 ribu, tergantung ukurannya,” terangnya.
Pria dua anak ini menerangkan, saat ini dia hanya menunggu pelanggan yang datang. Biasanya pelanggan dari Kudus banyak membeli dan dijual kembali kepada para wisatawan yang berziarah ke Makam Sunan Kudus. Dia mengungkapkan, pernah ada orang Kudus yang membeli 300 buah miniatur Menara untuk dibawa ke Malaysia. “Katanya sih mau dibawa ke Malaysia,” imbuhnya.
Selain membuat miniatur Menara dari limbah kayu, dia mengaku pernah membuat miniatur Menara berbahan aklirik yang dia peroleh dari limbah pabrik Polytron. Menurutnya, bahan aklirik sangat sulit dibuat, teksturnya terlalu keras untuk dipotong. “Dulu yang memesan Bapeda Kudus, disuruh membuat dengan bahan aklirik berukuran satu meter, saya hargai Rp 2 juta dulu,” ungkapnya.
Cilik mengatakan tidak hanya membuat miniatur Menara, dia juga pernah membuat kapal, Candi Prambanan, Rumah Adat Kudus dan lampu hiasan atap rumah yang terbuat dari batok kelapa. Kini katanya, mampu meraup omzet sampai Rp 6 juta per bulan. Menurutnya, musim-musim yang ramai pesanan pada Dzulhijjah dan Muharam. “Bulan-bulan tersebut banyak pengunjung berziarah ke Menara,” tambahnya.