SEPUTARKUDUS.COM - Dermaga di Kalabahi, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT), dipenuhi warga yang akan menyebrang. Mereka bergantian menaiki kapal
motor yang terbuat dari kayu. Tak lebih dari 50 orang, kapal motor Wiwana melaju dan menerjang ombak menuju Kampung Halmin Desa Halerman, Kecamatan
Alor Barat Daya, Kabupaten Alor. Weni Rahmawati, alumni mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK), juga ikut dalam kapal tersebut.
Weni saat di Dermaga Kalabahi, Kabupaten Alor, NTT. |
Weni, begitu dia akrab disapa, menceritakan pengalamannya kepada Seputarkudus.com saat berada di sana. Dia naik kapal motor itu saat
penerjunan menjadi pengajar di Kampung Halmin Desa Halerman, Kecamatan Alor Barat
Daya.
Menurutnya, hal yang mengagumkan yakni ketika akan sampai di Dermaga Kampung Halmin. Dari kejauhan sekelompok orang sudah berkumpul untuk menyambut kadatangan mereka. Saat dia menginjakkan kaki di bibir dermaga, beberapa calon muridnya berebut untuk membawakan koper dan tas yang dibawa.
“Saya sempat kaget dan terharu. Para guru, warga dan siswa menyambut kami. Sampai anak-anak berebut membawakan tas saya,” eni saat ditemui di kediamannya, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Kota, Kudus, Selasa (30/8/2016).
“Saat itu saya diterjunkan bersama guru SM3T lainnya yang didampingi pihak Kementrian dan Pemerintah Kabupaten Alor untuk menuju lokasi mengajar. Waktu yang saya tempuh sekitar empat jam mengunakan kapal motor menuju Kampung Halmin,” ungkap Weni.
Weni saat mengajar di Kabupaten Alor, NTT. |
Dalam progam SM3T dia mengaku tergabung dalam angkatan lima. Menurutnya, penentuan daerah sudah diatur oleh kementrian. Weni mendaftar SM3T lewat rayon Universitas Negeri Yogjakarta (UNY) dengan minyingkirkan ribuan pendaftar.
“Saya terbang ke Alor tanggal 19 Agustus 2015. Resmi penerjunan Tanggal 21 Agustus 2015. Di Alor saya menjalankan tugas selama satu tahun,” tuturnya.
Menurutnya, daerah penerjunan guru SM3T bukan hanya di Desa
Halerman, melainkan juga seluruh desa di Kecamatan Alor Barat Daya. Weni menceritakan,
saat bertugas di Kampung Halmin Desa Halerman dia bersama dua temannya dari
Magelang dan Sragen.
“Untuk menuju ke Desa Halerman hanya bisa menggunakan jalur air. Setelah sampai di Dermaga yang sekaligus pintu masuk Kampung Halmin, kami harus berjalan kaki melewati padang savana menuju ke pemukiman warga,” terangnya.
“Untuk menuju ke Desa Halerman hanya bisa menggunakan jalur air. Setelah sampai di Dermaga yang sekaligus pintu masuk Kampung Halmin, kami harus berjalan kaki melewati padang savana menuju ke pemukiman warga,” terangnya.
Weni yang lulusan Pendidikan Bahasa Inggris itu menuturkan, di Kampung Halmin tidak ada kendaraan atau
alat transportasi. Ketika masyarakat Kampung Halmin ingin berpergian atau mengangkut
sesuatu, mereka harus berjalan kaki. Jika keluar desa atau menuju kota mereka menggunakan
kapal motor.
“Ketika saya pergi mengajar juga harus berjalan kaki. Namun kebetulas penginapan saya dekat dengan sekolah. Jadi saya beruntung,” tutur perempuan berjilbab tersebut.
“Ketika saya pergi mengajar juga harus berjalan kaki. Namun kebetulas penginapan saya dekat dengan sekolah. Jadi saya beruntung,” tutur perempuan berjilbab tersebut.