Latest News

Mahasiswa FE UMK Ini Lebih Malu Minta Uang pada Orang Tua, Ketimbang Menjahit Tas

SEPUTARKUDUS.COM, GONDANGMANIS - Seorang pria tampak pinyawai menjahit resleting untuk dijadikan sebuah tas. Dengan meteran terkalung di lehernya, dia kemudian memotong bagian-bagian tas yang tak diperlukan. Pria tersebut yakni M Ulin Nuha (22), mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus (UMK) yang membuka usaha pembuatan tas berbahan resleting, karena malu meminta uang pada orang tua.
jual tas resleting di Kudus
Ulin Nuha menunjukkan produk tas resleting miliknya di Desa Gondangmanis, Bae, Kudus. Foto: Sutopo Ahmad

Sembari mengerjakan pesanan tas, mahasiswa semeseter 9 itu tak keberatan berbagi cerita kepada Seputarkudus.com. Menurut Ulin, begitu akrab disapa, awal mula memberanikan diri membuka usaha karena melihat teman-temannya banyak sudah berkerja dan tidak menggantungkan orang tua. 

“Malu rasanya masih meminta-minta sama orang tua,” ungkap Ulin saat ditemui di kediamannya, Dukuh Kadilangon, Desa Gondangmanis RT 2 RW 9 Kecamatan Bae, yang juga dijadikannya tempat usaha, belum lama ini.

Menurutnya, produk tas miliknya 90 persen bahan resleting. Bahan lainnya berupa furing dan besi pengait tali tas. Dia menuturkan, awal mula membuat tas resleting ini butuh waktu satu bulan untuk bisa jadi satu tas sesuai dengan apa yang diharapkan. “Butuh waktu satu bulan untuk membuat satu tas yang bagus. Saya belajar membuat tas ini melihat tutorial di Youtube,”, tuturnya

Kini, kakatanya, setiap hari dia bisa memproduksi tujuh hingga delapan tas. Dalam sebulan dia bisa memproduksi sekitar 200 lebih. Menurutnya, omzet yang dia peroleh per bulan lebih dari Rp 6 juta, tergantung pesanan yang diperoleh dari pelanggan. Pemasaran tas resleting miliknya dilakukan secara online melalui blog Tasresletingkudus.wordpress.com dan Facebook Tas Resleting Kudus. 

Alhamdulillah, sekarang sudah banyak pesanan yang masuk. Pesanan ada yang dari Kudus, Semarang, Purbalingga, Solo, Cilacap, Salatiga, Purwokerto, Magelang, bahkan luar Jawa juga ada,” tuturnya.

Dia mengaku sudah merasakan jatuh bangun menemukan usaha yang menguntungkan. Mulai dari usaha menjual temu lawak sampai rencana membuka ruko sembako bersama teman kuliahnya. 

Saat itu sudah 75 persen persiapan membuka usaha berjualan sembako tersebut. Dia juga hampir menjual motornya untuk modal sewa ruko. Namun, rencana Ulin tersebut tidak dilanjutkan karena dilarang orang tuanya. “Awalnya didukung, namun setelah persiapan sudah 75 persen, orang tua malahan tidak mendukung,” terangnya.