Latest News

Warung Pak De Ripto, Warung di Rendeng yang Buka Hingga Subuh dan Tak Pernah Sepi Pembeli

SEPUTARKUDUS.COM, RENDENG - Malam mulai sunyi, dan waktu menunjukan pukul 23.30 WIB saat lelaki tua menyajikan makanan di warung tenda miliknya, tak jauh dari lapangan Desa Rendeng, Kecamatan Kota. Dari seberang jalan, terlihat sejumah kendaraan terparkir di depan warung tersebut. Cahaya lampu neon menerangi baner tertulis Warung Makan Setia Asli De Ripto, nama warung yang diambil dari nama lelaki tersebut.
warung makan kudus buka hingga subuh
Warung Makan Pak De Ripto yang buka hingga subuh tak pernah sepi pelanggan. Foto: Ahmad Rosidi

Suripto (57), nama lengkap pemilik warung tenda yang akrab disapa Pak De Ripto. Sembari melayani para pelanggan yang datang, dia sudi berbagi cerita Kepada Seputarkudus.com. Mengawali cerita tentang pengalamannya berjualan, dia mengaku membuka warungnya mulai sekitar jam 20.00-04.30 WIB. Dia dibantu putra dan menantunya. 

“Saya mulai buka pukul 20.00 WIB sampai subuh, biasanya dibantu putra dan menantu saya,” ujar Pak De Ripto yang mengatakan telah berjualan di lokasi tersebut sejak 15 tahun lalu.

Sekarang, katanya, warung miliknya itu hampir tak pernah sepi pelanggan yang bergantian datang setiap malam. Dia mengaku, penghasilan bersih yang dia dapat dari berjualan sekitar Rp 100 ribu setiap hari. Menu yang dia jual, di antaranya, soto ayam, nasi, lauk ayam, telur, ikan panggang, tahu dan tempe.

"Hampir semua yang saya jual ini masakan sendiri, kecuali krupuk dan minuman saset," kata lelaki kelahiran Klaten tersebut.
Warung Makan Pak De Ripto Rendeng Kudus
Pak De Ripto melayani pembeli yang datang. Foto: Ahmad Rosidi

Karena berjualan mulai malam hingga subuh, Pak De Ripto mengaku tidur pagi setelah berjualan. Dia mulai aktivitas pada siang hari untuk menyiapkan masakan yang dijual malam harinya. Warungnya hanya tutup sepekan sekali, setiap Kamis malam Jumat. 

“Tidur ya pagi usai berjualan. Siang baru bangun dan mulai memasak. Sepekan sekali libur. Kalau tidak ada hal tertentu biasanya tetap buka,” ujar Pak De Ripto yang mengaku memasak beras sekitar 10 kilogram setiap hari.

Sebelum berjualan nasi di seberang lapangan Desa Rendeng, dia pernah berjualan bakso, wedang ronde dan es puter di Juana, Pati. Itu dilakukannya sebelum pindah ke Kudus pada 1975. Sejak muda, dia mengaku berjualan, dan sering berpindah-pindah tempat. 

Meski sekarang sudah tinggal dan menjadi warga Kudus, Pak De Ripto masih menyempatkan diri ke Klaten pada saat-saat tertentu. “Sekarang saya sudah jadi warga Kudus. Saya menikah dengan istri saya yang orang Kudus. Tapi kalau ada nyadran atau bersih-bersih makam saya masih balik ke Klaten,”  uangkapnya.