Latest News

Tak Suka Bekerja di Bawah Tekanan Atasan, Ngasimen Pilih Membuat Kerajinan Bambu di Rumah

SEPUTARKUDUS.COM, JEPANG – Seorang kakek bertelanjang dada terlihat memegang sepotong bambu dan pisau di tangannya. Dia membersihkan buku-buku pada bambu yang dia pegang. Puluhan kerajinan bahan bambu tak tertata berada di sisi kiri dan kanannya. Kakek tersebut bernama Ngasimen (62), pria yang mengaku bercita-cita ingin mandiri di bawah tekanan dari orang lain.
kerajinan bambu
Ngasimen membuat kerajinan bambu di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo. Foto: Imam Arwindra





Disela-sela kesibukannya membuat sejumlah kerajinan bambu, Ngasimen sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang usaha miliknya. Dia menjelaskan, sebelum memulai usaha, dirinya bekerja menjadi kuli bangunan. Menurutnya, bekerja dengan orang lain tak begitu membuat dirinya nyaman, karena banyak disuruh dan merasa ditekan.

“Pekerjaan apapun sudah pernah saya rasakan, mulai dari proyek bangunan yang banyak tekanan, jualan es teh, jualan kerajinan bambu keliling Pati menggunakan sepeda, sampai berjualan pakaian, pernah saya kerjakan. Karena anak-anak melarang saya berjualan keliling, akhirnya saya mulai membuat kerajinan bambu di rumah. Ini sebenarnya sudah menjadi keinginan saya sejak lama,” ungkap Ngasimen yang mengaku sudah memiliki enam orang anak.

Menurut Warga Desa Jepang RT 01 RW 10 Kecamatan Mejobo, Kudus, memilki usaha sendiri membuat dirinya merasa tentram. Tak ada yang suka menyuruh, kalau tubuh terasa capek tinggal istirahat di rumah sembari menunggu pembeli yang datang. Dia mengatakan, setiap kali barang dagangan laku dijual, dia sisihkan sebagian untuk membeli bahan bambu dan sebagian disisihkan untuk keperluan keluarga. 

Terkadang saya menyisihkan Rp 5 ribu atau Rp 10 ribu dari hasil penjualan. Buat berjaga-jaga kalau suatu saat ada kebutuhan yang mendesak,” imbuhnya.


Dia menjelaskan, kerajinan yang dibuat menggunakan bahan bambu apus. Menurutnya, bambu apus lebih tahan lama dibandingkan dengan kerajinan yang terbuat dari bahan bambu wulung. Untuk pemasaran produk, dia hanya menunggu pelanggan yang datang. Dia memiliki pelanggan dari Pati dan Semarang, selain dari Kudus.

“Untuk kandang ayam berukuran 70x45 sentimeter saya jual Rp 50 ribu. Sedangkan ukuran 100x40 sentimeter saya jual Rp 35 ribu. Kalau anyaman bambu misalnya pagar dinding, per meter harganya Rp 45 ribu dan keranjang buah ukuran kecil harganya Rp 2.500. Semua barang kerajinan ini ada yang saya buat sendiri ada juga membeli dari Desa Jepang,” tambahnya.

Ngasimen menambahkan, dia memulai usaha kerajinan bambu dengan modal Rp 1 juta. Untuk menutupi kebutuhan modal, kadang dirinya meminjam dari petugas bank yang datang memberi tawaran. Namun nilainya tak besar, hanya Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu.