SEPUTARKUDUS.COM, MEGAWON – Lapangan sepak bola di pertigaan
tak jauh dari Balai Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kudus tampak rapi. Terlihat rumput-rumput
di bagian tengah dan tepi lapangan terpotong rapi. Lapangan bola tersebut
menurut Kepala Desa Megawon Nurasag, akan digunakannya untuk menampilkan Tari
Bun Ya Ho pada acara Festival Apitan, Sabtu (27/8/2016) besok.
Menurutnya, Tarian Bun Ya Ho asli dari Desa Megawon yang sudah lama tidak dipertunjukkan. Kali ini pihaknya akan menampilkan kembali tarian tersebut di kegiatan tahunan desa. “Nanti Tarian Bun Ya Ho akan ditampilkan kembali, karena tarian ini asli Desa Megawon,” ungkapnya saat ditemui di Balai Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kudus, Rabu (22/8/2016).
Gambar Tari Bun Yaho terpampang di dinding Balai Desa Megawon, Kecamatan Jari, Kudus. Foto: Imam Arwindra |
Menurutnya, Tarian Bun Ya Ho asli dari Desa Megawon yang sudah lama tidak dipertunjukkan. Kali ini pihaknya akan menampilkan kembali tarian tersebut di kegiatan tahunan desa. “Nanti Tarian Bun Ya Ho akan ditampilkan kembali, karena tarian ini asli Desa Megawon,” ungkapnya saat ditemui di Balai Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kudus, Rabu (22/8/2016).
Kepada Seputarkudus.com Nurasag menuturkan, Bun Ya Ho berasal Bahasa Arab yang memiliki arti mari berbuat kebaikan. Menurutnya, tarian
tersebut dibawa oleh Abdul Jalil Tamyiz dari Bumiayu. “Beliau adalah seorang
ulama yang membuat tarian Bun Ya Ho. Tari itu digunakan untuk menyebarkan agama Islam di Desa
Megawon,” terangnya.
Berdasarkan sejarah yang dia ketahui, tarian tersebut mulai muncul setelah
kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Namun Bun Ya Ho mulai hilang setelah tahun
1960 saat modernisasi mulai muncul. Akhirnya tahun 2013, Pemerintah Desa
Megawon mulai menelusuri tarian tersebut. “Tahun 2013 kami memulai mencari data
tentang tarian tersebut. Alhamdulillah,
untuk fesitival besok tarian tersebut bisa ditambilkan,” ungkapnya.
Nurasag yang menjabat kepala desa Megawon dua periode menjelaskan,
Tarian Bun Ya Ho ditampikan oleh 13 penari dengan 11 putri dan dua putra. Menurutnya,
nanti 11 perempuan ada yang bertugas membawa payung dan menari, dua putra yang
akan berdoa. “Yang menampilkan nanti dari kalangan remaja,” ungkapnya.
Dalam Festival Apitan tersebut menurutnya akan fokus pada Tarian
Bun Ya Ho. Dia menuturkan pada tahun lalu peserta festival menampilkan
kesenian dari setiap delegasi. Untuk tahun ini peserta tidak menampilkan karen akan
fokus pada pementasan Bun Ya Ho. “Nanti ada 27 peserta kirab budaya dari RT dan
sekolahan,” tuturnya.
Peserta kirab nantinya akan membawa tumpeng dan gunungan
yang akan dinikmati bersama setelah selesai pementasan Tari Bun Ya Ho. Menurutnya,
Festival Apitan tersebut akan dimulai pukul 15.00 WIB dengan titik berkumpul di
Lapangan Megawon. “Saya perkirakan ada 2.500 warga yang datang ke kirab,”
ungkapnya.