SEPUTARKUDUS.COM, PEDAWANG
– Tiga orang anak berlari menuju ember merah di depan pos kampling, Desa Pedawang RT 5 RW 3, Kecamatan Bae, Kudus.
Ember tersebut berisi air dan puluhan belut hidup. Mereka berebut belut untuk dipindahkan kedalam
ember kecil yang sudah ditentukan. Kegiatan lomba tangkap belut tersebut merupakan bagian dari acara peringatan HUT RI ke-71.
Saat berupaya menuju ember kecil, belut
terlepas dari genggaman tangan mereka. Diiringi sorak penonton, mereka
tampak bersemangat memungut kembali belut yang jatuh. Rio, satu diantara peserta berlomba itu, mengaku kesulitan memindahkan belut. Menurutnya, belut sangat licin.
“Saya sempat frustasi memindahkan belut. Sulitnya bukan main. Kelihatannya sudah tak pegang kencang, namun masih saja lepas,” tuturnya usai lomba yang digelar menjelang 17 Agustus beberapa hari lalu.
Rio susah payah menangkap belut pada perayaan HUT RI ke-71 di Desa Pedawang. Foto: Imam Arwindra |
“Saya sempat frustasi memindahkan belut. Sulitnya bukan main. Kelihatannya sudah tak pegang kencang, namun masih saja lepas,” tuturnya usai lomba yang digelar menjelang 17 Agustus beberapa hari lalu.
Menurutnya, kesulitan terjadi sejak mengambil belut dari ember. Karena belut yang ditangkap masih hidup, dia kesulitan memegangnya meski telah menggenggam erat. “Belutnya hidup, jadi ya susah. Kalau mati mungkin
mudah,” ungkapnya.
Rio mengaku baru pertama kali memegang belut. Dia mengatakan, saat
dipegang dia merasa geli. “Saya kira belut itu seperti ular yang suka gigit, ternyata tidak. Awalnya saya
takut, eh malah ketagihan,” tambahnya.
Darmo Winoto Ketua RT 5 RW 3 Desa Pedawang, Kecamatan Bae,
Kudus menuturkan, diselenggarakanya lomba tangkap belut karena ingin mengedukasi
anak-anak untuk lebih mengerti tentang belut. Menurutnya, belut termasuk hewan
yang susah ditemui. Kalau pun anak-anak pernah melihat pasti sudah dimasak. “Dengan
bingkai lomba, anak-anak bisa memegang langsung belut tersebut,” tuturnya.
Dia yang juga tokoh masyarakat di Pedawang menuturkan, dalam
lomba tangkap belut, panitia menyediakan 20 ekor belut. Setiap sesi lomba diberi
waktu dua menit dengan tiga peserta. Mereka akan menangkap belut dan
memindahkannya ke ember. Peserta dengan jumlah belut terbanyak akan menjadi
pemenang. “Ini juga sekaligus memberikan pengertian belut berbeda dengan ular. Jadi
dia tidak gigit,” tambahnya.
Dalam peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 ini, pihaknya membuat serangkai lomba untuk kategori anak-anak dan dewasa. Di antaranya, balap karung pocong, hafalan doa sehari-hari, tangkap belut, dan suap bubur. “Nanti juga ada pentas barongan keliling RT dan pentas musik remaja,” terangnya.
Dalam peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 ini, pihaknya membuat serangkai lomba untuk kategori anak-anak dan dewasa. Di antaranya, balap karung pocong, hafalan doa sehari-hari, tangkap belut, dan suap bubur. “Nanti juga ada pentas barongan keliling RT dan pentas musik remaja,” terangnya.
Dalam pesannya dia menuturkan, lomba yang diadakannya bisa
menambah semangat anak-anak dalam memperingati kemerdekan Indonesia. Juga sekaligus
mengajak RT lain untuk mengadakan kegiatan serupa. “Yang paling penting
generasi muda dapat meningkatkan jiwa patriotisme dan cinta akan Negara
Kesatuan Republik Indonesia,” ungkapnya.