SEPUTARKUDUS.COM, PANJANG – Biji-biji kopi tersebut terlihat
diwadahi toples kaca. Toples-toples yang berjejer tersebut nampak diberi nama jenis
kopi dengan spidol. Diantaranya, Arabica Premium, Sumatra Mandeling, Toraja
Kalosi, Jolong, Japan dan Lasem. Menurut pengelola Estu Coffee Shop Bastian, harga biji kopi tersebut diprediksi tahun
2016 ini naik. Meski begitu, dia mengaku tak mau ambil pusing.
Biji Kopi Japan di Estu Coffe Shop Kudus. Foto: Imam Arwindra |
Bastian menuturkan, naiknya
biji kopi dikarenakan panen kopi tahun ini kurang baik. Menurutnya, hal
tersebut dipengaruhi faktor cuaca yang tidak menentu. “Kemarin saya sudah cek
ke beberapa petani di Japan (Kudus) dan Jolong (Pati). Kata mereka panen kopi
tahun ini gagal. Karena bunga-bunga kopi rontok,” tuturnya saat
ditemui di Estu Coffee Shop, Jalan Sostrokartono, Desa Panjang, Kecamatan Bae,
Kudus, Kamis (25/8/2016).
Kepada Seputarkudus.com dia memberitahukan, untuk jenis Kopi
Robusta Japan dan Jolong yang sudah di-roasting
tahun 2015 lalu harganya masih Rp 80 ribu per kilogram. Harga dari
petani bisa lebih murah yakni Rp 60 ribu per kilogram. Untuk jenis Arabica
per kilogramnya Rp 200 ribu karena memang termasuk jenis kopi mahal. “Kalau
sudah jadi bubuk nambah Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu,” jelasnya.
Baca juga: Estu Coffee, Tempat Nongkrong Paling Asyik di Kudus
Baca juga: Estu Coffee, Tempat Nongkrong Paling Asyik di Kudus
Bastian memprediksi panen kopi 2016 ini, harga Kopi Japan
dan Jolong bisa naik Rp 30 ribu setiap kilogramnya. Menurutnya, harga tersebut tidak
menghawatirkan, karena diimbangi tren konsumsi kopi. “Saya sih santai saja. Karena
kopi sekarang sedang jadi tren dan kebutuhan masyarakat,” ungkapnya.
Misal Kopi benar-benar naik mendekati 50 persen, dirinya mengaku akan menaikkan harga kopi Rp 500 hinga Rp 1.000 dari harga awal Rp 5 ribu. Menurutnya,
dia tidak akan mengorbankan kualitas kopi yang dibuatnya. “Ini persoalan rasa. Jadi
jika naik ya harga kopi kita naikkan sedikit. Yang terpenting kualitas rasa di
Estu tetap terjamin,” tuturnya.
Dia meyakini, kopi
sudah menjadi gaya hidup masyarakat. Jadi misal naik sedikit tidak
menjadikannya masalah. Yang paling penting menurutnya, stok kopi selalu
tersedia. Karena kopi sudah menjadi kebutuhan. “Kalau pagi tidak kopi rasanya
sudah tak karuan,” ungkapnya sambil tersenyum.
Barista asal Pati tersebut menuturkan, di Estu Coffee Shop,
kopi yang paling laris yakni Kopi Jolong, Japan dan Lasem. Menurutnya, dalam sepekan
dirinya bisa membuat 50 gelas lebih kopi. “Kalau keseluruhan kopi dalam sepekan
bisa 70 gelas. Karena mungkin sedang trend dan menjadi sebuah kebutuhan,”
tambahnya.