Latest News

Banting Setir dari Sopir Truk, Warga Loram Wetan Sukses Bangun Usaha Pembuatan Tas

SEPUTARKUDUS.COM, LORAM WETAN - Di sebuah rumah di Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, kKdus, terlihat beberapa pria sibuk menggambar pola pada kain, lalu memotongnya. Hasil potongan dikumpulkan dan disusun sesuai bentuk dan warna. Rumah tersebut merupakan tempat usaha pembuatan tas di Kudus. Dalam sehari, tempat usaha tersebut mampu memproduksi hingga 720 pcs tas.

pembuatan tas di kudus
Usaha pembuatan tas di Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kudus. Foto: Rabu Sipan

Di anatara beberapa orang yang tengah mengerjakan pembuatan tas, tampak pria mengenakan kupluk putih mengawasi dan sesekali memberi intruksi. Pria tersebut bernama Maskur (40), pemilik usaha pembuatan tas itu. Pada saat mendirikan usaha, dia hanya memiliki modal Rp 750 ribu. Dan kini usahanya berkembang pesat dan memiliki omzet cukup besar.

Di sela kesibukanya, Maskur yang saat itu mengenakan kemeja batik dan sarung, bersedia berbagi kisah menjalankan usahanya kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan, sebelum menjalankan usahanya, dia bekerja sebagai seorang sopir truk. Pekerjaan itu telah dilakukan selama sembilan tahun. 

"Setelah menikah pada tahun 2000, aku ditawari paman saya untuk membuat tas. Pada saat pertama memuliai usaha, aku hanya mampu membuat sekitar lima lusin tas dengan modal sekitar Rp 750 ribu, Itu pun aku borongkan ke orang lain, karena memang aku tidak bisa menjahit," ujar Maskur.

Seiring berjalannya waktu, usahanya terus berkembang dan sekarang mampu memenuhi permintaan tas dari para pelanggannya dengan total produksi tas sekitar 720 pcs tas setiap hari.

Menurut Maskur saat ini dirinya tidak hanya mengirim tas produksinya ke toko milik pamannya di Pasar Kliwon. Namun juga mengirim tas-tas hasil produksi usahanya ke sebuah toko milik warga Tionghoa yang ada di Semarang dan Magelang.

“Aku mengirim tas ke Toko Sudarno (milik pamannya) sepekan sekali dengan sekali kirim sekitar 50 lusin tas. Yanng ke Semarang hampir setiap hari aku mengirim tas dengan jumlah sekitar 15 lusin. Sedangkan untuk yang ke Magelang aku mengirimnya dua pekan sekali dengan total pengiriman sekitar 100 lusin,” jelas Maskur.

Untuk memenuhi produksi tersebut Maskur mengaku mempekarjakan sekitar 32 tenaga penjahit yang diupah dengan sistem borong. Lalu ada empat orang pemotong kain serta dua orang penyablon yang semuanya diberikan upah harian.

Hasil produksi tasnya saat ini, kata Maskur, telah mempunyai tiga merek yakni Shimano untuk tas dewasa dan Rahma Ali merek tas untuk anak wanita. Sedangkan merek satu lagi, Ali Rahma untuk merk tas pria. “Merek Shimano itu kepanjangan dari Shi Maskur dan Nor Rohmah (istrinya). Sedangkan merek Rahma Ali aku ambil dari nama kedua anaku” ujar bapak dua anak tersebut.